Kamis, 31 Oktober 2019

PEREBUTAN KERAJAAN SUNDA GALUH

By Deden Heryana


Sejarah masa silam di Pulau jawa diwarnai timbul tenggelamnya kerajaan-kerajaan besar dari waktu ke waktu. Kerajaacn-kerajaan besar seperti Tarumanagara, Sunda, Galuh, Kalingga, Mataram Kuno, Kahuripan, Janggala, Kediri, Singasari, Majapahit, Pajajaran dan lain sebagainya mewarnai sejarah pulau Jawa. Kerajaan tersebut mengalami berbagai proses awal, keemasan hingga keruntuhannya.

Bila kita telah mempelajari sejarah kerajaan di Pulau Jawa, ada banyak peristiwa perebutan kekuasaan dalam kerajaan tersebut. Ada banyak nama Kerajaan yang disebutkan di atas.

Jika Anda pernah menonton tayangan sejarah dari 10000 tahun hingga 2017 karya anak bangsa dalam video youtube kanal: Lazardi Wongjogja kita melihat peta yang berubah dari waktu ke waktu. Peta itu menunjukan wilayah kekuasaan suatu kerajaan. Khusus kita cermati sejak zaman Kerajaan Salakanagara, Tarumanagara, Sunda, Galuh dan Pajajaran berlangsung hampir 1000 tahun. Peta Jawa barat (termasuk Banten dan DKI Jakarta sekarang ini) yang ditunjukkan dalam video cenderung tidak banyak perubahan. Namun sebaliknya di wilayah Jawa Timur dan sebagian Jawa Tengah bagian timur, peta berubah-ubah yang menunjukkan wilayah dan nama-nama Kerajaan yang lahir dan kemudian hilang. Apa yang terjadi?

Mencermati gambaran garis waktu (timeline) dan kronologi sejarah. Sepintas kita menyimpulkan untuk wilayah Jawa Tengah (bagian timur) dan Jawa Timur diwarnai perebutan kekuasaan atau peperangan yang kemudian meruntuhkan kerajaan tersebut. Misalnya Kalingga - Mataram kuno - Kahuripan - Janggala & Kediri, Singasari, majapahit dan seterusnya. Wilayah itu sering terkoyak. Kita dengan sederhana menyimpulkan adanya peristiwa perebutan kekuasan dan memang sejarah mencatatnya seperti itu.

Lalau bagaimana dengan wilayah Jawa Barat dan sebagian Jawa Tengah (wilayah Galuh) itu? Wilayah itu selanjutnya dikenal sebagai Tatar Pasundan. Sepertinya adem ayem manakala tetangga wilayah terkoyak-koyak. Apakah di Tatar Pasundan tidak ada perebuatan kekuasaan?

Sebenarnya wilayah Tatar Pasundan juga diwarnai perebutan kekuasaan antar-keturunannya. Kita kupas di bawah ini:
  • Tahun 669. Tahun ini adalah terpecahnya Wilayah Kerajaan Tarumanagara menjadi 2 kerajaan yaitu Sunda dan Galuh dengan batas Sungai Citarum. Peristiwa ini bersifat damai 
  • Tahun 723 Perebutan kekuasaan antara Purbasora dan Sena (Bratasenawa) hingga tersingkirnya Sena. Kekuasaan Sena  di Galuh diambilalih Purbasora dan Sena mengungsi ke Mataram.
  • Tahun 732 Raja Galuh Purbasora digulingkan oleh Sanjaya anak dari Sena (Bratasenawa) Kemudian Sanjaya menjadi Raja Galuh dan sebelumnya ia telah bertahta di Kerajaan Sunda juga kemudian ia bertahta di Kalingga.
  • Tahun 732. Tamperan Bramawijaya (putra Sanjaya) mengkudeta Permanadikusumah, raja Galuh.
  • Tahun 739. Raja Galuh Ciungwanara (putra Permanadikusumah) mengkudeta Tamperan Barmawijaya
  • Tahun 825 Raja Sunda, Prabu Gajah Kulon dibunuh Sang Arya Kedaton dengan nama nobat Prabu Darmaraksa Salakabuana. Ia memerintah 4 tahun
  • Tahun 830 Raja Sunda, Sang Arya Kedaton dibunuh seorang menterinya.
  • Tahun 916 Raja Sunda, Rakeyan Kamuning Galling, dengan nama nobat Prabu Pucukwesi tahtanya direbut oleh adiknya sendiri, Rakeyan Jayagiri, Rakeyan Jayagiri naik tahta, dengan nama nobat Prabu Wanayasa Jayabuana..
  • Tahun 916 itu pula  Raja Sunda, Rakeyan Jayagiri menyerang Galuh yang dirajai Rakeyan Jayadrata, namun Gagal. Galuh merdeka.
  • Tahun 920 Masehi, Raja Sunda Rakeyan Jayagiri dibunuh dan digulingkan, oleh Rakeyan Limbur Kancana, atas perintah Prabu Jayadrata.
  • Tahun 930 Raja Sunda Prabu Limbur Kancana sedang bertamu di Kerajaan Galuh, dibunuh oleh seseorang, atas perintah Dewi Ambawati, puteri Rakeyan Jayagiri (Prabu Wanayasa Jayabuana). Tahta Kerajaan Sunda, beralih ke Rakeyan Watuageng, suanii Dewi Ambawati, bernama nobat Praburesi Atmayadarma Hariwangsa.
  • Tahun 1030 Raja Sunda di bawah pemerintahan Prabu Darmaraja, terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh Sang Wikramajaya, Panglima Angkatan Laut (Sarwajala) Kerajaan Sunda. Kudeta ini gagal
  • Tahun 1111 Raja Sunda mendapat penentangan dari Batari Hyang Janapati, Ratu Galuh yang beribukota di Galunggung. Berakhir damai.
  • Tahun 1482, Raja Galuh Prabu Dewa Niskala (Ningrat Kancana) diminta untuk mengundurkan diri (impeachmen) karena dianggap melanggar aturan adat (ngarumpak larangan) untuk tidak menikahi istri ti kaluaran (estri Larangan)
  • Tahun 1521, Raja Pajajaran Sri Baduga Maharaja wafat digantikan Prabu Surawisesa. ambisi Cirebon untuk memperluas wilayah kekuasaannya. Ketika Prabu Sanghiyang Surawisesa naik tahta, konflik dengan Pakungwati Cirebon semakin meruncing, hingga menimbulkan perang selama 15 kali.
  • Tahun 1579 Pajajaran runtuh disaat Prabu Ragamulya Suryakancana atau Prabu Pucuk Umun Pulasari menjadi raja terakhir.. Selanjutnya berkembang Kerajaan Cirebon dan Banten.
Demikian kronologi sejarah perebutan kekuasaan di Tatar Pasundan. Semenjak tahun 669 hingga 1579 entitas Kerajaan Sunda-Galuh hingga menjadi Pajajaran tetap eksis sekalipun berkali-kali terjadi perebutan tahta kerajaan. Namun selepas tahun 1579, Pajajaran yang merupakan gabungan Kerajaan Sunda-Galuh sirna ing bumi.
Mencermati peristiwa di atas, ada beberapa analisis:
  1. Eksistensi Kerajaan Sunda-Galuh hingga Pajajaran tetap ada sekalipun terjadi kudeta disebabkan yang berubah hanya rajanya saja. Sedangkan nama kerajaan tidak diubah. Ini yang membedakan dengan wilayah timur dimana bila terjadi perebutan kekuasaan, nama kerajaan diganti, Oleh karenanya eksistensi kerajaan menjadi hilang. Kondisi yang sama dialami di Tatar Pasundan ketika Tarumanagara diubah namanya tahun 669 oleh Sang Tarusbawa.
  2. Beberapa perselsihan tidak selalu berakhir dengan terbunuhnya raja, tetapi berakhir damai. Kondisi ini terjadi karena adanya peran penting dari Sang Maharesi atau Guruloka sebagai pemimpin tertinggi keagamaan. Peran ini merupakan 1 dari tiga pilar kerajaan yang disebut "Tritangtu Jaya di Buana" yaitu, Resi, Ratu, Rama.
Penulis berandai-andai.. Jika dimasa akhir Kerajaan Pajajaran peristiwanya seperti yang berkali-kali terjadi kudeta. tapi Kerajaan tetap ajeg. Ketika Kota Pakuan Pajajaran berhasil dihancurkan (Saya tidak menemukan istilah direbut) Banten dan Cirebon lalu sebaiknya diduduki oleh Raja baru, siapa pun dia, mungkin Pajajaran takkan hilang bak ditelan bumi.


Referensi

  1. Lubis, Nina H. 2003. "Sejarah Tatar Sunda". Bandung: Satya Historika.
  2. Munandar, Agus Aris dan Edi Suhardi Ekajati . 1991. Pustaka pararatwan i bhumi Jawadwipa, parwa 1, sargah 1-4: rangkuman isi, konteks sejarah, dan peta". Yayasan Pembangunan Jawa Barat
  3. Abdur Rahman, Ettai R. S., Edi Suhardi Ekajati. 1991. "Carita Parahiyangan karya Pangeran Wangsakerta: ringkasan, konteks sejarah, isi naskah, dan peta". Yayasan Pembangunan Jawa Barat.
  4. Atja dan Saleh Danasasmita. 1981. "Carita Parahiyangan: Transkripsi, Terjemahan dan Catatan". Bandung: Proyek Pengembangan Permuseuman Jawa Barat.
  5. Atja. 1968. Tjarita Parahijangan Titilar Karuhun Urang Sunda Abad Ka-16 Masehi. Bandung: Jajasan Kebudajaan Nusalarang.
  6. Atja dan Edi. S. Ekadjati. 1987. Pustaka Rajya-Rajya I Bumi Nusantara I.1: Suntingan Naskah dan Terjemahan. Bandung: Bagian Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Sunda (Sundanologi).
  7. Atja dan Saleh Danasasmita. 1981. Carita Parahiyangan (Transkripsi, Terjemahan, dan Catatan). Bandung: Proyek Pengembangan Permuseuman Jawa Barat.
  8. Danasasmita, Saléh. 2015. Melacak Sejarah Pakuan Pajajaran dan Prabu Siliwangi. Bandung: Kiblat Buku Utama.
  9. Danasasmita, Saleh, Ayatrohaedi, Tien Wartini, Undang Ahmad Darsa. 1987. Sewaka Darma (Kropak 408) Sanghyang Siksakandang Karesian (Kropak 630) Amanat Galunggung (Kropak 632). Bandung: Bagian Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Sunda (Sundanologi) Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
  10. Darsa, Undang Ahmad. 2000. Tinjauan Filologis Terhadap Fragmen Carita Parahiyangan Naskah Sunda Kuno Abad XVI Tentang Gambaran Sistem Pemerintahan Masyarakat Sunda (Laporan Penelitian). Bandung: Universitas Padjadjaran.
  11. Meulen, W. J. S. Van der. 1966. Tjarita Parahyangan dan Rahyang Sandjaja dalam Basis edisi Maret XV-6 halaman 161-169, April XV-7 halaman 193-201, Mei XV-8 halaman 277-282, Juni XV-9 halaman 307-313-, Juli XV10. Yogyakarta: Kanisius, Anggota SPS-OPS Pers
  12. Munandar, Agus Aris. 2010. Tatar Sunda Masa Silam. Jakarta Selatan: Wedatama Widya Sastra
  13. Santosa ,Hery B. 1989. Prasati-Prasasti Bertarikh Sanjaya. Yogyakarta: FIB UGM.
  14. Suganda, Her. 2015. Kerajaan Galuh Legenda, Tahta, dan Wanita. Bandung: Kiblat Buku Utama.
  15. Sutjianingsih, Sri, 1994. Sejarah Daerah Jawa Barat. Jakarta: Depdikbud.
  16. Noorduyn, Jacobus. 1966. Enige nadere gegevens over tekst en inhoud van de Carita Parahyangan dalam BKI 122 halaman 366-374. Leiden
  17. -------------. 1962. Het begingedeelte van de Carita Parahyangan dalam BKI 118 halaman 405-432. Leiden.
  18. Histiryana. blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar