Minggu, 15 Desember 2019

KUMPULAN SAHADAT CIREBON

By Deden Heryana

Sahadat Sampurna
================
Sare’at mulya kang kagungan sare’at,
hakekat mulya kang kagungan hakekat,
mar’rifat suci mulya kang kagungan suci,
rasa mulya kang kagungan rasa,
rasa sampurna muling sing dunya,
mukmin sing kawitan,

Allooh anu mulih,
Muhammad anu masihan rasa,
rasa sari sarira wangi,
metu roh idlofi sarupa lawang dzatullah,

sir rasa ganda rasa,
ganda rasa metu rasa,
kari rasa rasa sejati,
mulya rasa ning sampurna,
sampurna mulih sing dunya,
ilang rupa ilmu mulya,
agama mulus sujud ka dzatullooh,

wiyat sukma jati sukma Allooh,
sari dzatullah suwarga,
dzat sampurna ka sawarga,
sari rasa dzat sampurna ning dzat,
laa ilaaha illallah muhammadur rosulullooh.

Telu roh idlofi kanyataan sifatullah kang anama ketel putih,
rasa kanyataan dzatullah kang anama putih,
les putih kumpuling badan kalawan nyawa,
namaning putih ratna mulya jati,

sir eling sajatining urip,
sajatining Allah sajatining rasa,
iya urip sajatining Allooh sajatining manusa,
ules putih araning nyawa,
ules lereng badan Allooh kagebed putih,
iya nagara sampura cahya sang udel putih,
mulya anu langgeng jaya sampura,
iya tajalli Allooh,

sahadat sare’ate saadege salungguhe sholu Allooh,
laa ilaaha illallah muhammadur rosulullooh,
Alloohumma roh badan roh nyawa,
sahadat pangleburan,
sahadat sakeling wekasan,
salira naraka kaping pitu jadi suwarga sabda Allooh,
junjunan derajatullooh,
junjunan derajat sajabing baja,
salamet umat nabi Muhammad,
ya wali ya wali birohmatika ya arhamar rohimin.


Sahadat Pancer (Sahadat Majmal)
============================
Bismillahi Allah kang Maha Agung,
Allah kang Maha Luhur,
Allah kang Maha Suci,
Qulhuallahu ahad, Allahus shomad,
lam yalid walam yulad,
walam yakulahu kufuan ahad,
ya Sayidina Imam Pengeran Muhammad Shohibulahsan angkis dinillah,
ya Allah ya Ahad ya Shomad,
ya Hu Allah ya Hu rasa mulya,
ya Allah sifat ingsun ya Allah rupa ingsun,
ya Allah pengeran ingsun,

rasa tunggal ya Hu haq,
Allahumma taqobbal du’aa,
dzat sare’at dzat tarekat dzat hakekat zat ma’rifat,
dzat kesuciyane manusa,
dzat kamulyaane manusa,
Allahuma sir sidayidana dzat agung,
dzat kaluhurane Adam,
ya Hadi ya Wali ya Hu sahadat majmal,
sapa arane jujuluk mandarapi,
sarawuhe Gusti Rosulullah saw,
datenge sahadat kang dadi pancere urip,
urip pangandikane Allah,
laa ilaha illallah muhammadurrosulullah.


Sahadat Sampurna
================
Sir gumilang, rat gumilang,
sampurnaning af’al,
ratnaning sifat,
ganda rasa sukma mulya,
badanku keri sampurna.

Allooh kang ngajiyad,
Allooh kang kersa ngajiyad,
ngajiyad kersaning Allooh,
kersaning Pangeran,
banyu kang urip sampurnaning dzat,
sampurnaning sifat,
Allohuma wujud suci badan sampurna.

Alloohuma badan suci bagus ati,
tinggi sukma mujarab madep maring Allooh,
Alloohuma watu turu goibing Allooh,
roh madep maring cahyaning Allah,
laailaha illallooh muhammadur rosulullah,
sukma lara sukma lari sukma mulih tan kena keri,
sa elah kentaling rasa dzat les.


Sahadat Jeneng
=============
Ashadu sahadat jeneng,
kang jumeneng kelawan isun,
jisim kang sholat,
sholat sajeroning jisim,
madep ning dzatullah,
masup ning sifatullah,
ya hu iman, hu suci badan sampurna.


Sahadat Insan Kamil
=================
ALLAHU AKBAR,
KUN FAYAKUN, KUN FAYAKUN, KUN FAYAKUN,
SUBHANALLAH, SUBHANALLAH, SUBHANALLAH,

SIR INGSUN BAITULLAH,
ATI INGSUN MARING ALLAH,
JEJANTUNG INGSUN MARING NUR MUHAMMAD,
GETIH INGSUN ROHMAN ROHIM,

BADAN INGSUN INSAN KAMIL,
I’TIQOD SUCI BADAN SAMPURNA.

PENGUCAP INGSUN KALAMULLAH,
TURU INGSUN KERSANA ALLAH,
MADEP INGSUN ING MAHA SUCI KULA NYUWUN . . . .  (sebutkan anda),
LAA HAULA WALAA QUWWATA ILLA BILLAHIL ‘ALIYIL ‘ADHIM.

Kamis, 12 Desember 2019

PANCANITI : OPAT KALIMA PANCER

By Deden Heryana
Dalam perjalanan kehidupan yang sesungguhnya, manusia mengalami dan menemukan kembali 5 tahapan kehidupan, yang selalu dijadikan simbol ajaran kesempurnaan. 

Dalam keilmuan Sunda Besar atau Buana di bagi menjadi lima tahapan, yaitu :


1.  Buana Larang atau alam lahir atau jagat semesta.
2. Buana Panca Tengah atau alam kehidupan atau (rasa)
3. Buana Nyuncung atau alam Ruh atau Hirup.
4. Buana Kahyangan atau alam akal budi atau rasa (Buana Parahyangan ~ ilmu, amal, akhak)
5. Buana Agung adalah sebuah istilah untuk memaknai Yang Maha Mutlak atau disebut Pancer. 

Hal ini ditemukan dalam kebudayaan Sunda Lama yaitu : "Papat Kalima Pancer", dalam tata Negara yang menunjuk pada :
1. Jawa Dwipa
2. Waruna Dwipa
3. Swarna Dwipa
4. Simhala Dwiwa
5. Parahyangan sebagai Pancer. 

Dalam ajaran ilmu fisik dan metafisik atau sering disebut juga "Kejawen" atau "Tata Salira", sering ditemukan istilah :


 
1. Hadi yang bersifat abstrak atau tidak terlihat.
2. Wadi atau Hawa bersifat abstrak atau tidak terihat.
3. Madi atau Rasa bersifat abstrak atau tidak terlihat.
4. Mani atau Wujud, bersifat nyata atau terlihat.
5. Maningkem atau kang Ari tali ari-ari sebagai Pancer.

Menurut Syekh Siti Jenar :
“Sajati jatining ngelmu Lungguhe cipta pribadi Pustining pangestinira Gineleng dadya sawiji, Wijaning ngelmu dyatmika Neng kahanan ening-ening”
Hakikat ilmu yang sejati letaknya pada cipta pribadi maksud dan tujuannya, disatukan adanya, lahirnya ilmu unggul, dalam keadaan hening-seheningnya - Serat Siti Jenar.
Dalam paradigma filsafat ilmu, definisi dari ilmu adalah pengetahuan yang telah diproses sedemikian rupa menggunakan metode, sistematisasi, memiliki obyek forma/sudut tinjau (point of view) dll. Metode ilmu berbeda-beda. Tergantung pada obyek material/materi yang diteliti. Namun, ilmu dalam pemahaman kalangan spiritualis biasanya dipahami lebih kompleks dari itu. Ilmu tidak hanya pengetahuan yang telah diproses dengan metode, sietematisasi, obyek dll, melainkan lebih luas. Meliputi wilayah ilmu sebagai teori dan juga praktik sebagai sarana untuk manembah ke diri pribadi yang merupakan pengejawantahan dirinya Gusti Inkang Akaryo Jagad.

Syekh Siti Jenar juga menghayati ilmu seperti pemahaman ini. Terwujudnya ilmu/ngelmu karena ada usaha dan aspek tindakan nyata dari teori. (Ngelmu iku kalakone kanthi laku) Untuk mendapatkan ngelmu, Syekh Siti Jenar mensyaratkan adanya perjuangan yang berat, sungguh-sungguh, teliti dan sabar. Bahkan ada syarat khusus yaitu pelaku ngelmu tersebut harus dapat mengerem/mengendalikan hawa nafsunya. Ilmu yang dicari oleh Syekh Siti Jenar adalah ilmu sejati, yaitu ilmu yang harus dihayati dan memberikan kemanfaatan hidup di dunia dan di akhirat. Jadi ilmu harus memiliki dimensi pragmatis/kemanfaatan/kegunaan yang besar.

Teori itu penting namun lebih penting lagi adalah mampu mempraktikkan ilmu tersebut untuk kemanfaatan sasama makhluk Tuhan. Ibarat insinyur, teori membangun gedung itu penting. Namun yang lebih penting adalah bagaimana insinyur tersebut mampu mengaplikasikan teori tersebut untuk membangun gedung. Syekh Siti Jenar membimbing orang untuk mampu mengetahui ilmu dari Gusti Yang Maha Tunggal dengan mengetahui kenyataan ini adalah sebuah perwujudan kodrat-Nya. Siapa yang mampu memiliki ilmu ini? Tidak lain pribadi yang tahu, paham dan mempraktekkan kodrat, iradat dan ilmunya.

Ilmu yang sebenarnya/ilmu sejati menurut Siti Jenar berada di dalam cipta pribadi. Ide dan kreasi yang lahir dari dalam diri sendiri. Yang adanya di dalam diri yang paling dalam. Biasanya, kita mengetahui sesuatu itu berasal dari luar, melalui indera/pengalaman indera dan melalui pengajaran-pengajaran dari orang lain/guru/dosen. Namun, kata Syekh Siti Jenar, ilmu sejati yang memberi pengajaran adalah DIRI SEJATI. 

Diri Sejati itu berada di dalam lapisan diri yang paling dalam. Maka, pengetahuan tentang ilmu sejati, menurut Syekh Siti Jenar, hanya bisa ditemukan melalui ketajaman batin yang sumbernya dari hening dan sepinya diri. Sebab ilmu sejati memang adanya di kedalaman kesadaran manusia yang paling dalam.

Untuk mendapatkan ilmu sejati, manusia harus sepi ing pamrih rame ing gawe. Bebas dari nafsu dan ego pribadi apapun juga. Batin benar-benar menyatu dalam irama keheningan samadi. 

Hati dan pikiran tertuju pada fokus : Hu Allah! Itu saja, sehingga tidak ada konflik batin karena semuanya hakikatnya SATU. Susah-senang, baik-buruk, benar-salah, hitam-putih semuanya sumbernya satu dan tidak saling mengalahkan. Semuanya bisa diresapi dalam diamnya pribadi kita untuk selalu menyatu dengan pribadi-Nya. 

Sedulur papat limo pancer : Empat saudara yaitu ketuban, ari-ari, tali pusat dan darah yang menyertai kelahiran bayi ke alam dunia. Keempat saudara itu secara simbolik akan mati dan bersifat sementara, tinggal Pancernya — Ruh — Pribadi yang hidup. Pancer yang berupa ruh itulah DIRI PRIBADI MANUSIA.

Kekuatan yang sangat besar yang ada pada manusia antara lain karena keterlibatan Malaikat Langit yang diturunkan oleh Allah ta’ala untuk membantu manusia sebagai kalifah di Bumi. Oleh tradisi kejawen hal ini disebut Makdum Sarpin atau yang terkenal dengan Ilmu Sedulur Papat Kalimo Pancer. Dasar dari pemahaman ini adalah ayat-ayat Al-Qur’an sebagai berikut :

1. QS 13 : Ar ra’d : 11“Lahu mu’aqqibaatun min bayni yadayhi wamin khalfihi yahfazhu–unahu min amri allaahi inna allaaha laa yughayyiru maa biqawmin hattaa yughayyiruu maa bi-anfusihim wa-idzaa araada allaahu biqawmin suuan falaa maradda lahu wamaa lahum min duunihi min waalin”.

Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.

3. QS 6 : Al Anaam:61 : 
“wahuwa alqaahiru fawqa ‘ibaadihi wayursilu ‘alaykum hafazhatan hattaa idzaa jaa-a ahadakumu almawtu tawaffat-hu rusulunaa wahum laa yufarrithuuna”.
 
Dan Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat-malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya.

Sedulur alus yang tidak berbadan fisik itu menurut kepercayaan tradisional Jawa selalu membantu saudaranya yang manusia dengan jalan menyertai, melindungi, memantu supaya saudaranya yang manusia menjalani kehidupannya dengan selamat, sehat, sejahtera selama hidup dibumi ini. Tugas sedulur alus tersebut sesuai dengan paugeran ketentuan dari Gusti. Saudara halus itu jumlahnya banyak, mari kita coba mengenali mereka :


1. KAKANG KAWAH  : Kakang Kawah, yang keluar dari rahim ibu, sebelum si bayi. Warnanya PUTIH, tempatnya di KANAN dilambangkan sebagai MALAIKAT JIBRIL. bertugas membawa wahyu/berita, Sebagai pembawa ilmu pengetahuan, karena dengan ILMU, manusia dapat sejahtera hidupnya, dan terhindar dari kebodohan yang membuat dirinya menderita. 
Maka orang yang bermaqom MALAIKAT JIBRIL biasanya cerdas mempunyai ilmu laduni, dan doa-doanya biasanya makbul dll.

2. GETIH : Darah yang keluar dari rahim ibu sewaktu melahirkan. Darah merupakan transpotasi sari-sari makanan ke seluruh tubuh, sehingga seluruh sel-sel dapat hidup. Warnanya MERAH, tempatnya di KIRI, dilambangkan sebagai MALAIKAT MIKAIL, bertugas sebagai pembawa rezeki.  
Maka orang yang bermaqom MALAIKAT MIKAIL kehidupanya berkecukupan dan mudah memperoleh hal rezeki apapun dan doanya makbul dll.

3. TALI ARI-ARI (TALI PUSAR) :  yang dipotong sesudah kelahiran bayi. Warnanya HITAM, tempatnya di DEPAN. Dilambangkan sebagai MALAIKAT ISROFIL, bertugas meniup terompet dihari kiamat. 
Maka orang yang bermaqom MALAIKAT ISROFIL berwibawa dan mempunyai kemampuan menundukan semua makhluk, doanya makbul dll.

4. ARI-ARI (BALI) : Adik ari-ari, yang keluar dari rahim ibu, sesudah si bayi. Warnanya KUNING, tempatnya di BELAKANG. Dilambangkan sebagai MALAIKAT IZROIL. Maka orang bermaqom MALAIKAT IZROIL memiliki kekuasaan tinggi, berwibawa dan mempunyai kemampuan menundukan semua makhluk, doanya makbul dll.

LEMAH SAGANDU SUNDALAND

By Deden Heryana

Leman Sagandu mempunyai konotasi yang luas yaitu Sundaland atau Nusantara (Nuh-Santara) atau Nusa Jawa (Nuh-Sa Jawa/ Pulo Sapi).


Saur Sepuh baheula-baheula deui sundaland ieu dunya jadi lautan, dina waktu jaman nabi Enoh sadayana pramu-pramunggu tanah sunda naraek ka Gunung, diantara Gunung Cakrabuana.

Saparantosn saat tinu banjir tanah sunda jadi pulo-pulo nyaeta jadi Nusa Jawa/NuhSantara. Nusa Jawa/Nuh Santara jadi dua bagian nyaeta :

Tanah Pasundaan watesna kali serayu - kali pamali Tanah Jawa, Pulo Harepan nyaeta Sumatra, Kalimantan (Borneo), Sulawesi, Maluku, Irian, Timor, Flores, Lombok, Bali, Madura, Ambon, Sumbawa jeung pulo-pulo nu laleutik, malah malaka (malaysia) ngahiji oge.

Kacarioskeun saparantosna ka keueum ku pulo Jawa Kosong, anu aya jalma ditengah-tengah Pagunungan kitu oge teu loba, anu aya tinggal bangsa siluman-sileumin jeung sato-sato nu garalak. (Tinu cutatan wawacan sunda ti Darmaraja).

Tinu Buku Rucatan Darmaraja anu turun tinurun kacaritakeun kieu ; 

Mangsa pulo jawa ngahiji aya tiluan sadulur katurunan Nabi Nuh wastana Purbawisesa, Terahwisesa jeung Ratu Galuh daratang ka wewengkon tegalan buleud dikurilingan pasir-pasir jeung pagunungan, wujud alam lir ibarat buleud gula kawung, ku alatan kitu disebut lemah sagandu. Di dinya pisan pisan nu tiluan ngareureuhkeun kacape, lantaran badaratna ti nagri Hindustan asruk-asrukan parat nepi kadinya welasan taun.

Pangna nu tiluan asruk-asrukan lantaran diparentah ku guruna kudu nyaruakeun gambar jeung alam, sarta kudu neangan batu bodas pasagi opat. Ceuk Guruna gambar leuwih gede batan alam, atawa leuwih heureut ti batan gambar. Gusti ngadamel ciciptaan dina wujud batu hideung jeung batu bodas. Batu Hideung katimu di Mekah, sedengkeun Batu Bodas lebeng teu kapanggih.

Arinyana asruk-asrukan neangan batu bodas bari nyaruakeun gambar jeung Alamna. Tetep kayakinana alam leuwih lega ti batan gambar, najan sanajan guntreng jeung hatena lebeng ku jawaban, pamuntanganana nu tiluan kateuhak ku ka keuheul. Ceuk pikir Purbawisesa, guruna ngalejokeun sirikna nitah sangsara. Beda jeung pamanggih Ratu Galuh keur dirina lunta ti Negeri Hindustan parat nepi ka wewengkon Lemah Sagandu leubeut ku pangalaman.

Tegesna kapeurih sangkan jadi peurah pikeun ngudag ambahan hirup.

Pangalaman nu ka sorang mukakeun, jandela hate jeung pikiranana, ngudag nu can katimu, nu can nyata kalayan mesek siloka nu diajarkeun ku guruna. Alam ibarat lambaran buku, mangsina laut, jajadiannana silib tulisan. Gambar alam mertelakeun kahayang manusa tegesna leuwih lega ti batan alam. Buah pikiranna dilisankeun kanu duaan kalayan daria.

Purbawisesa ngalahir, "ngalebahan kecap ki adi kacida jerona, watek nganteur ingetan kana pituduh guru, yen alam teh jajadian Pangeran, watekan bisa digambar ku manusa. Tapi kudu kumaha nyaruakeunana?.  

Gasik Ratu Galuh ngajawab, :"ceuk panempo lahir mah yakin alam leuwih lega tibatan gambar, sabab alam bisa digambar dina kulit sato atawa daun lontar, tapi ceuk panempo hakiki bisa lega gambar ti batan alam, sakumaha sabda guru. Saupama kayakinan geus ngahiji dina HATE, bakal surti kana siloka", tembalna teteg pisan.

Nu gunem catur jempe lir gaang katincak, pada-pada silih jugjugan HATE. Dina kaayaan kitu ngajenggelek Resi kasep ngalempereng koneng, nu tiluan ting raranjug awahing kaget, jedog aweh salam. 

Purbawisesa nyarios, "Neda agung cukup lumur, neda hapunten nu diteda, jisim abdi seja tumaros, dupi salira teh saha, upami bade angkat, angkat kamana?" 

Resi ngawaler bari seuri mesem, tuluy nyabda "sanajan hidep sewang-sewangan, sabab lamun rea nu can apal kudu ngaji nu geus apa, lamun can nyaho kana hiji perkara-perkara anu geus nyaho. Lamun hayang nyaho nu poek kudu cicing dinu caang, lamun hayang nyaho anu caang, kudu cicing dinu poek. Supaya aranjeun bisa mesek siloka prak geura tapa di dieu". 


Insun Sunda Linggahyang Ageman Medal, Ajaran Gunung, Gumulungna Diri jeung Alamna Da aya NU BOGANA NU MAHA A-HU-ng


Resi Agung ilang lebih tampa karana, nu tiluan olohok mata simeuteun. Tuluy medal sila badarat neangan tempat nu payus keur tapa.  (Buku Rucatan Budaya Darmaraja)

Haji Saka eta namana, ayeuna urang ganti catur, Haji Purbawisesa anu urang kocap, gawena pulang anting, kahareup sareng katukang, bulak-balik gawe na teh, ka hareup ngawejang elmu ngaran wetan anu kasebut, malik deui eta majuna. Ka katuhu deui majuna, ngitung balung larawat ngaji nu bakal diaosna dingaranan nama kidul, malik deui eta ngaosna. Katukang ngawejang elmu, didinya muka ogan, sareng deui didinya ngaos, sareng bari nulis lontar, jang bakal alam padang, harita jagat masih sagara.

Haji Purbawisesa tunda deui, kocap Haji Terawisesa, gawena meureutan jagat bae (nyieun pupunden), dua belas gunduk lobana, eta jagat masih obah nya jadina di eta Gunung, jadi dua belas. ka hiji Gunung Rengganis, Kadua Gunung Padang, katiluna Gunung Lingga, kaopat Gunung Surian, kalima gunung Cakrabuana, ka genep Gunung Penuh, ka tujuh gunung Sangiang, ka dalapan Gunung Jati, ka salapan Gunung Sunda, ka sapuluh gunung Buarangrang, ka sabelas Gunung Jagat, ka sabelas Gunung Jagat, ka dua belas Gunung Agung (Galunggung). ~ (Buk Pakuning Alam Darmaraja).

Nyieun Pupunden tangtungna teu sorangan da aya keneh nu harirup...

Upami eta Ogan nu kasebat moal kitu Ogan Komering ilir, da didinya seueur situs Batu Satangtung??

Wallahu Alam.

RISALAH TAREKAT QODARIYAH NAQSYABANDIYAH

By Deden Heryana

Ari manusa eta kaancikan ku rupa-rupa nafsu dina saban-saban latifahna, tegesna lelembutanana manusa. Ari nafsu aya nu ngajak kana kahadean, jeung aya nu ngajak kana kagorengan, anu matak dina agama Islam, disayagikeun pangajaran TAREKAT, nyaeta maksudna pikeun miara badan manusa sakujur lahir batinna, supaya bisa nyingkahan tina kagorenganana, nyaeta moal daek nurut kana hawa nafsuna, daek milampah kana kahadeanana.

Ari pangwujukna nafsu anu goreng teh eta jadi rereged kumarewedna manusa didunya anu temahna cilaka akheratna, upama manusa henteu palay ngaleungitkeun reregedna ku anjeun tangtu moal ajeg panceug dina kabenerannana moal cucud dina kajujuranana moal tinemu kaluhunganana, jeung moal tanjrih kaadilanana, salawasna, sabab ngagugulung kana pangwujukna hawa nafsu anu henteu aya ereun-ereunana, benang disebut nu kitu teh ngajauhkeun kana ka-islaman, tegesna nirca tina kasalametan dunya rawuh akherat, anu matak dawuhan para ulama muhakikin. 

Manusa-manusa kudu ngageum Tarekat Qodariyah Wan Naqsyabandiyah, anu matak tawajuh latoif, hartina perjalanan keur madepkeun lelembutan manusa kana kahadean, keur nukangkeun kana kagorengan, seperti dawuhan kanjeung Syekh Abdul Qodir Jaelani.
Pihartosen ceuk sundana kieu : "JADI KAWAJIBAN MILURUHNA HIRUPNA ATI TEGESNA ELING KA PANGGERAN, ANU JADI KASALAMETAN AKHERATNA, SUPAYA JADI LEUNGIT REREGEDNA MANUSA ANU JADI PANGHALANG-HALANG KANA KAHADEAN, ARI MILURUHNA NYAETA ANJEUNA MASIH HIRUP KENEH DIDUNIA SARTA NGALAPNA TI PARANTINA (GURU TAREKAT)".
Malahan dawuhan Syekh Ibn Atto'illah, moal bisa wushul ka Allah Ta’ala amun hatena masih keneh kaganggu kana hawa nafsuna.
Sundana : DIMANA REK BISANA PADANG ATI, TEGESNA ELING KA PANGGERAN (TAUHID) SALAGI ATINA PINUH KU RUPA-RUPA GAMBAR MAHLUK (NGALAMUN) ANU DI CAP DINA KACANA HATE (RUPA-RUPA CIPTAAN). JEUNG MOAL BISA WUSUL KA ALLAH TA’ALA, MALAH NUMUTKEUN DAWUHAN ALLAH DINA QUR’AN. SAKIRA-KIRA MANUSA HAYANG NGALEUNGITKEUN REREGEDNA DINA AWAKNA LAHIR BATIN TAYA LIYAN IWAL KUDU DZIKIR KA ALLAH, SUPAYA BISA WUSUL KA ALLAH AYANA IEU AYAT DINA JUZ QUR’AN.
Sundana : MANUSA DIMANA MARILAMPAH KANA RUPA-RUPA KAGORENGAN ATAWA NGARASA AWAKNA SORANGAN POEK KU KARUDETAN JEUNG KACUPETAN, TEU SALAH DEUI DZIKIR BAE KA ALLAH (ELING KA PANGERAN) TANGTU MOAL DAEK DEUI MILAMPAH KANA KAGORENGANANA, JEUNG TANGTU LEUNGIT POEK MONGKLENGNA, SACARA KA BUKA KARUWEDAN JEUNG KACUPETANANA, JADI BISA SALAMET LAHIR BATINNA NYAKITU DEUI DAWUHAN ALLAH DINA QUR’AN.
“PANGNA KAMI NURUNKEUN KANA DZIKIR KA MANEH MUHAMMAD, SUPAYA BISA ATRA JEUNG PERTELA DINA LAKU LAMPAHNA MANUSA, TEGESNA BOGA PADOMAN BISA NGALAKUKEUN KAHADEAN JEUNG BISA NYINGKAHAN TINA KAGORENGAN”.

Ari dzikir ceuk mungguh lugat : Tiap-tiap kalimah anu ngeunaan kana asmana Pangeran seperti sajabana, eta kasebut dzikir mungguh lugat. Tapi ari dzikir  istilah tegesna dzikir anu diatur/dicatur ku ahli dzikir aya dua bagian ; sabagian dzikir anu diamalkeunana ku badan rohani, anu dingaranan Tarekat Naqsyabandiah, jadi dzikir ieu anu dua bagian dingaranan Tarekat Qodariah, nyaeta pikeun ageman manusa, supaya lulus jasadna, nyawana, mulus lahir batinna, beres syareatna, hakekatna jeung matak wilujeung dunya akheratna.

Ari tuduhna kana dzikir anu diamalkeun ku badan jasmani, anu dingaranan Tarekat Qodariah nyaeta anu diunggeulkeun dina salah sawios katerangan :

Tatkala Allah Ta’alla nurunkeun kana dzikir-dzikir pikeun maraneh pek geura kanyahokeun kumaneh, saestuna dzikir teh.

Ari adab-adaban dzikir aya 12 perkara, nyaeta :
1. Dzikir teh kudu di gurukeun heula, sarta guruna kudu anu mursyid, tegesna cukup elmuna, bijaksana ngawurukeunana, titi surti maparin pangartina.
2.  Kudu dijaga dzikirna ulah sampai ka Ghoplah nyaeta ari petana cara nu dzikir, ari hatena luas leos inget kanulian, sabab utamana dzikir = dzikir lambei kudu dibarengan ku dzikir hate. Malah aya kasauran. “ Ari dzikir ku lambei, tapi atina poho, nyaeta dzikir biasa bae (lumrah) nu kitu teh dzikir jalma anu bodo. Ari buahna dzikir jadi siksa, karna dosa, sabab bongan dohirna nyangharep ari batinna sulaya.
3.  Dina rek dzikir kudu Robithoh heula, tegesna nyipta dibarengan ku guru, supaya sagala piwulang guru ulah dimomorekeun.
4.  Kudu bersih atina tina sagala hadas jeung najis.
5.  Kudu nyanghareup ka kiblat upama nyorangan
6.  Dina keur dzikir ulah aya pamandangan istuning wungkul kumereb.
7.  Kudu perem supaya lewih tuhu
8.  Kudu dina poek atawa dinu sunyi supaya leuwih tengtrem
9. Upama keur dzikir nafi-isbat, kudu karasa mapayna ka sakabeh latifah, nurunkeun sakumaha panuduh guru upama keur dzikir isbat wungkul, kudu dipernahkeun dina jero latifahna.
10. Kudu terang kana hartina.
11. Dina keur dzikir sina karasa dina sakabeh latifahna, malah dina sakuliah warugana oge karasa milu dzikir.
12. Sabada dzikir maca latifah :

Ari latifahna manusa tegesna lelembutanana manusa, numutkeun hukum Muhakikin nyaeta aya 7 latifah :
1. Latifah Qolbi (Lelembutan Jantung)
2. Latifah Ruh (Lelembutan nyawa)
3. Latifah Sirri (Lelembutan rasa)
4. Latifah Khafi (Lelembutan anu samar)
5. Latifah Akhfa (Lelembutan rasa anu leuwih samar)
6. Latifah Nafsi (Lelembtan Nafsu)
7. Kakurung ku latifah Qolab, tegesna lelembutan sakabeh badan nyaeta lelembutan acining Cai – Angin – Seneu – Taneuh, sabab badan jasmani teh kajadian tina acining Cai – Angin – Seneu – Taneuh.




Ari lelembutan manusa dieusian ku nafsu anu rupa-rupa pangajakan, ari luluguna aya 7 nafsu nyatana :

1. Nafsu Amarah
Tegesna tukang marentah kana kagorengan kalawan maksa mirusa sangkan ngalampahkeun kana kagorengan, ngancikna dina latifah Nafsi, pernahna antara halis dua, ari baladna aya 7 nyaeta :
- Buhlun (koret)
- Hirsun (Sarakah tur hawek taya ereunna teu noleh mere kanu lian).
- Hasadun (dengki ka papada batur)
- Jahlun (bodo)
- Kibrun (angkuh jeung gumede)
- Sahwatun (keukeureweut)
- Ghodobun (barangasan, getasan, henteu kaopan)

2. Nafsu Lawwamah
Nafsu Lawwamah tegesna pojokan, cawadan nganjreukna dina latifah qolbi, pernahna dina handapeun kenca, ari baladna aya 8, nyaeta :
- Hawaun (kabitaan) temahna teu matak jujur kana pagawean.
- Mukron (deleka)
- Udjbun (nangtukeun nu tacan bukti)
- Ghibatun (ngumpat simuat)
- Riyaun (amal perbuatan mandang katingali, katangen ku batur)
- Dhulmun (neungteuingan)
- Kidbun (cidra)
- Ghaflatun (ngamomorekeun kana kawajiban)

3. Nafsu Mulhamah atawa Sawiyah
Tegesna tukang nampa ilham, bisa terbuka rasana, padang atina, ngancikna dina Latifah Ruh, pernahna dina handapeun susu katuhu, ari baladna aya 7, nyaeta :
- Sanowah (balaba laluasa taya rudetan)
- Qona’ah (ngalap cukup saayana)
- Hilmun (someah ramah tamah rasrasan)
- Tawadhun (handap ashor)
- Thobatun (kapok tina sagala kasalahan)
- Shobrun (bisa nahan kangewa jeng kakeseul hate)
- Tahamul (kuat nandangan kasusah)

4. Nafsu Mutmainah
Tegesna anu purah ngajak-ngajak kana kateguhan, ka ampuhan, kajatnikaan, ngancikna dina Latifah Siri, pernahna dina luhureun susu kenca, ari baladna aya 6, nyaeta :
- Judun (berehan, murah tangan)
- Tawakulun (pasrahan, kajeunan)
- Ibadatun (kumereb, humadep, saregep)
- Sukurun (metakeun waruga katut milikna kanu idin Panggeran)
- Ridhotun (tengtrem ayeum kana pamasti ti Allah Ta’ala)
- Hosyatun (inggis risi narajang kana salah)

5. Nafsu Rodiyah
Tegesna narik kana kapilucueun dina sagala tingkah polah, ngancikna dina Latifah Qolab, nyaeta dina sakuliah badan, ari baladna aya 6, nyaeta :
- Kanomun (mulus tingkah polahna)
- Zuhdun (tatapa)
- Ikhlasun (bersih ati dina sagala tingkah polah)
- Waraun (apik ati-ati dina sagala tingkah polah)
- Riyadotun (ngawarah salira sina dumuk dina kasaean)
- Wifaun (nyumponan, nohonan kana kahadean)

6. Nafsu Mardiyah
Tegesna ngajak kana sagala kanu dipisuka, nyaeta jalan kasaean, ari ngancikna dina Latifah Khofi, pernahna luhureun susu katuhu, baladna aya 7, nyaeta :
- Husnul chuluk (hade bubuden)
- Tarku masiwallah (henteu nolih rasana kana sagala rupa anu dipigawe (Tauhid)).
- Lutfun biholqi (mikawelas ka papada makhluk).
- Hamluhum alassolah (daek leukeun nungtun kana ka alusan).
- Sophunan dunubil ghoer (hampuraan ka jalma anu nyieun salah ka pribadina).
- Hubul Kholqi (deudeuhan ka papada batur).

7. Nafsu Kamilah
Tegesna purah ngajak kana kasampurnaan manusa, ngancikna dina Latifah Akhfa, pernahna dina tengah-tengah dada, ari baladna aya 3, nyaeta :
- Ilmu yakin (kanyahona tetela)
- Aenal yakin (kanyataan anu tetela)
- Haqul yakin (kanyataanana anu kacida tetelana)




Numutkeun Syekh Faruk Sarhanji yen Latifah 10 teh aya 2 bagian. Sabagian 5 nyaeta : Qolbi, Ruh, Sir, Khofi, Akhfa dingaranan Alamul Omri/Alam Amar (tempat wawadah sagala aturan), nyaeta parabotna manusa pikeun mikir-mikir anu henteu kaharti, paranti mikir-mikir anu henteu kaharti, paranti ngulik anu muskil-muskil (mustahil) mahamkeun anu bangga /demit (hese), paranti narima rumasa kana parentah Allah Ta’ala jeng Rasulna, pangna kitu ku ayana Latifah di manusa wungkul, di makhluk sejenna henteu aya malah dawuhan Ulama Muhaqqiqin.

Sundana : ieu Latifah anu 5 (lima) teh aya panampaan paparentahan dampal sampean anu aragung anu kagungan kasabaran, nyaeta para Rasul anu 6.
- Nabi Adam As
- Nabi Nuh As
- Nabi Ibrahim As
- Nabi Musa As
- Nabi Isa As
- Nabi Muhammad SAW

Ari anu 5 deui nyaeta Latifah Nafsiah (lelembutan nafsu jeung 4 anu aya dina Latifah Qolab. Lelembutan sakabeh badan nyaeta tina acining CAI, ANGIN, SENEU, TANEUH eta latifah anu 5 disakabeh makhluk (manusa jeung liyanna) dingaranan Alamul Kholqi (alam kajadian sakabeh makhluk) ari aturanana supaya dina lelembutan manusa ulah kalindih ku pangwujukna nafsu, nyaeta kudu karasa dzikir dina hiji-hijina Latifah, ditungtutan hiji-hiji Latifah tina asal di ajar dilalanyah tepika ngalemah, betah ayana dzikir (eling) teh hideng sorangan, tuluy ditungtutan deui kana latifah anu kadua nyakitu bae cara ngawarah latifah anu kahiji, tepika saterusna kabeh latifah, malah karasana lain dina latifah bae, tapi dina sagala waruga sakujur oge pada ngarasa ngalemah katut kabulu-bulu sadagingna sakulitna, sauratna katut ka pejit-pejitna pada nyarampak nyararing areling tepika nyerep lenyep sumeresep dina sakuliah waruga manusa, ceuk bahasa arab mah khusyu (tuhu, junun, teu nolih kanu liana, henteu malire rasana kana sagala anu dipilampah ku jasadna, anging rasana anu cengeung manteung ka Allah Ta’ala wungkul, atawa oge disebut istigrok = tegesna kaliputan ku lautan Muso’adah Sidkiyah (waspada anu tetela) ngesto taya petotna, ngabdi taya sepina, rumasa sapapanjangna teu nolih kana liana teu malire kanu sejenna, ngancik rasa anu sampurna, estu tetes teleb-teleb, nyelep lenyip, lahir batinna, sumawona kanu ngayuga, sanajan kapapada manusa teu weleh aya ras-rasan karumasaan boga rasa samodal sawedal sabangsa taya aya rasa angkuh sorangan, sepi tina kadiran, pinter aing henteu lian, ginding aing heunteu lian, beunghar aing teu lian, pangkat aing estu kasaluhureun boh harkat darajatna, boh kabogana tara hayang nanduk, sabalikna daek nyampur aku-baur kasasama tara hayang pasea, sabalikna jadi persahabatan anu sampurna, ka sahandapeun tara hayang ngahina, sabalikna nungtun nuju kana jalan kajujuran, kapakir miskin teu weleh darehdeh sareseh, jeung daek mere maweh nganyatakeun welas asihna jeung ngarasakeun dina sagala rupa ka purba ku kawasa sanajan sagede lisah (benyer), moal salah tumarima, kasugri paparina, misilna tileuleutik tepika gede, ti susah tepika bungahna, teu weleh ngait meulit dina rasana aya karumasaan anu sampurna. 

Tah anu kitu dingaranan tegesna anu bisa nungtik nyangsi kana kasampurnaan manusa = keuna kasauran sepuh-sepuh tara unggut kalinduan, tara gedag kaanginan, ceuk basa arabmah ‘Istiqomah’. Tegesna ajeug panceug salalawasna tara katarik kataji ku anu muji, teu tugenah manah ku anu mitnah, tara sewot ku anu moyok, teu haripeut ku anu ngaleum, teu kabongbrong ku anu ngolo, teu tibelat ku anu ha’at, teu sedih pedah kaperdih, teu sungkan pedah dipenta, jejeug ajeug calik dina kayakinan teu aral ku rugina, teu bosen ku usahana, teu agul ku untungna, sadrah dina keur geringna, ikhlas keur ngubaranana, syukuran dina cageurna. Teu cicingeun keur bodona, teu bosenan diajarna, teu takabur ku pinterna, jadi teu sepi-sepi hasilna, dina sagala tingkah polahna, henteu suwung ibadahna tegesna humadep saregep ngawula sapapanjangna.

Teu kaliwat pedah berang teu kalindih pedah peting, teu kahalangan ku berang, teu kahalingan ku peting, singhoreng teh cicingna dina antara, heuleut berang heuleut peting, heuleut hina heuleut mulya, heuleut rugi heuleut untung, berjalan diduanana, kelar napak sapanjangna. Misilna nu tumpak kuda, calik ditengah-tengah sanes payun sanes pungkur, heuleutna payun jeung pungkur payun teuing mah tisuksruk, tukang teuing mah tijengkang, cirina kudu nengahan, ari kuda ditunggangan, nu matak tipayun dipasang kadali rangah, ti pungkur ku apis buntut, papak rata sangawedina, bisina kuda jengjaran, bisina rusuh sandungan, lain kuda teu huluan, lain kuda teu buntutan, ngan cicing diantarana nahan pungkur jeung payunna, lain teu aya susahna, lain teu aya bungahna, lain teu aya geuringna, lain teu aya cageurna, lain teu aya rugina, lain teu aya untungna, ngan cicing diantarana, ngamudi kaduana, tah kakara ngarasa papak ratana, henteu beurat kasabelah sabab mun resep teuing kakatuhu, sok jadi ngewa ka kenca, resep teing ka kenca sok tugenah ka katuhu, resep teuing kana benghar, sok ngewa kana malarat, cicingeun dina malarat, sok hayang nu benghar, resep teuing dina pangkat, sok ngewa panggih jeung cacah, pedah urang dina cacah, teu hayang luyu jeung pangkat, padahal mah keur susah teh pibungaheun, padahal keur bungah teh pisusaheun, padahal mah keur benghar teh pimalarateun, padahal keur malarat teh pibenghareun, padahal mah keur jadi rakyat teh pipangkateun, padahal mah keur jadi pangkat teh pirakyateun.

Tah lamun kitu teh karasa papak ratana layeut kahilir kagirang, upamana marojengja, pasti kana sulayana, tinangtu paraseana, sababna pakia-kia. Kumargi kitu kasugri nu parantos ngageum Tarekat Qodariyah Wan Naqsyabandiyah khususna kaum Muslimin umumna, mugi sami bareng-bareng ngaihtiaran kana jalan kasaean, nyingkahan tina jalan kaawonan, karana anu jadi kasalametan di akherat teh nyaeta anu ngalampahkeun hade di dunyana, nyakitu deui anu cilaka akheratna teh, nemahan salah di dunyana, jadi sadaya manusa pada boga tanggung jawab, kuduna ngurus badan sakujur, ngadidik diri pribadi, ulah rasa kajongjonan, betah dina kasalahan, matak cerik akhirna, matak cilaka tungtungna dina enggoning ngumbara di alam dunya, kudu bisa mernahkeun salira, dina kahadean salawasna, mangkana salira taya serepna, kari-kari lalawora, henteu apik miarana boh dohirna boh batinna, tetep resep dina kasalahan, ngumbar nafsu sapanjangna. Nu matak ayana Tarekat Qodariyah Wan Naqsyabandiyah teh, nyaeta perjalanan perihtiaran keur mernahkeun kahadean kasampurnaan lahir batin, nyingkahan tina kasalahanana.

Mugi-mugi Gusti Allah Ta’ala maparin terbuka ilham anu mulya supaya tinemu bagja, hasil pamaksudanana, sinareng ieu risalah, muga-muga jadi wasilah, ka seja nu milampah, bisa ka ala buahna bisa kapeutik hasilna, manfaat sapapanjangna, salamet dunya akheratna, salamet jasadna, salamet nyawana, salamet lahir batinna, diraksa ku Nu Kawasa, bisa napakkeun hadena, bisa nyingkahan gorengna, parek rizkina, jauh balaina, taya sanes nu di suprih Cageur-Bageurna.


INTISARINA

Martabat Alam nurutkeun Makomna Aya 2 (dua) nyaeta :
1. Alam Amar (Alamul Omri)
2. Alam Khalaq (Alamul Kholqi)

Ari Alam Amar kasusun tina :
1. Qolbu nyaeta Alam Malak jeung Sahidan
2. Roh nyaeta Alam Malakut jeung Arwah
3. Sir nyaeta Alam Jabarut
4. Chafi nyaeta Alam Lahut
5. Achfa nyaeta Alam Ghoib Huwiyah Ilahiah.

Alam Kholaq kasusun tina 1 Nafsu jeung 4 Unsur Alam hiji-hijina diantawisna :
1. Nafsul Hayawani (Hewaniah)
2. Turabun (Acining Taneuh)
3. Maun (Acining Cai)
4. Hawaun (Acining Angin)
5. Narun (Acining Seneu)

Martabat Qolbi dilebetkeun kana Martabat Af’al
Tempatna : Riqqah, Marifah, Hub, Sabr, nyatana lembut hatena, nyaho, micinta jeung sabar

Martabat Roh dilebetkeun kana Martabat Asma
Tempatna : Rahmah, basath, dan surur yatana kasih sayang, kamurahan dan kagumbiraan.

Martabat Sir dilebetkeun kana Martabat Sifat Subutiyah
Tempatna : Farah, dhahak, ghurur, yatana gumbira, seuri jeung bimbang.

Martabat Chafi dilebetkeun kana Martabat Sifat Salbiyah
Tempatna : Hazzan, chauf, buka nyatana cemas, sieun jeung ceurik

Martabat Achfa dilebetkeun kana Martabat Zat Mutlaqah nu pangluhurna
Tempatna : Syahwat, djur’ah, sjadja’ah, yatana hawa nafsu, gede wawanen, satria jeung panceg.

SILIH ASAH SILIH ASIH SILIH ASUH

By Deden Heryana

Sampurasun...

Naon bae nu kaasup ugeran dinu kecap,  Silih Asih, Asah jeung Asuh teh.

Babasan disebut motto nu kacida dipiwanohna ku masyarakat Tatar Pasundaan, nyaeta Silih Asih - Silih Asah - Silih Asuh sok disingget istilahna jadi SILAS. 

Upama dianggap yen Silih Asih - Silih Asah - Silih Asuh teh mangrupa hiji sistim, geus tinangtu urang kudu neangan unsur naon bae nu kaasup Silih Asih - Silih Asah - Silih Asuh teh. Moal henteu eta unsur-unsur teh kudu jadi pituduh anu positif pikeun tingkahlaku atawa rengkak polah manusa enggoning hirup kumbuh di lingkungan masarakatna. Kapan mungguhing manusa teh kaasup homo socius, tegesna mahluk anu hirupna kukumbuhan. Tambah eces deui yen Silih Asih - Silih Asah - Silih Asuh teh alat pikeun campur gaul, nyaeta ku ayana kecap SILIH. Ieu kecap teh tuduh kana ayana pagawean anu pabales-bales (resiprokal), hartina aya dua pihak, atawa nu dianggap dua pihak boh sabage subyek boh sabage obyek.

Sanggeus nitenan sawatara kamungkinan, unsur naon bae nu kudu nyampak dina unggal aspek Silih Asih - Silih Asah - Silih Asuh tea, kapapay aya sawatara unsur anu raket tumalina, nyaeta :


1. SILIH ASIH
Sacara harfiah SILIH ASIH nyaeta rasa atawa tingkah laku nu nembongkeun silih pikanyaah, silih pikaasih, silih pikaheman. Dr Sulaeman B. Adiwidjaja, nu nitenan kana kahirupan masara­kat, hususna di Tatar Sunda, geus ngumpulkeun harti jeung ma'na Silih Asih, ceuk inyana Asih teh miboga unsur anu wincikanana saperti ieu di handap:

- Asih nyaeta gawe
- Asih nyaeta aktif
- Asih nyaeta ayana dedikasi
- Asih nyaeta bisa badami (kompromi)
- Asih nyaeta disiplin
- Asih nyaeta ngabagikeun tanggung jawab
- Asih nyaeta sabar
- Asih nyaeta ajen jeung tujuan
- Asih nyaeta pangorbanan
- Asih nyaeta ekspresi diri
- Asih nyaeta realitas hirup
- Asih nyaeta ayana kajujuran
- Asih nyaeta rasa sugema tina hasil gawe bareng
- Asih nyaeta rasa kaendahan
- Asih nyaeta sakapeung nimbulkeun kapeurih tapi bisa dirasionalkeun, disublimasikeun
- Asih teh mikabutuh waragad

Ku sim kuring wincikan Dr. Sulamen B, Adiwijaya di luhur dipedar deui malar leuwih eces pamaksudanana, sarta muga-muga bae bisa kapapay ajen-inajen (nilaibudaya) nu dikandungna.

- Asih nyaeta Gawe
Nu dimaksud teh nya eta salasahiji tanda yen urang miboga rasa asih, rasa nyaah eta teh bakal dilaksanakeunana dina wangun "gawe". Rek pagawean nu sipatna lahir nyaeta nu mangrupa pangupa jiwa, bisa oge nu mangrupa pagawean batin upamana bae ngadu'akeun sangkan nu dipikaasih tea pinanggih jeung kabagjaan.

- Asih nyaeta Aktif
Aktif ngandung harti terus neangan tarekah, sangkan nu dipi­maksud hasil. Bisa dihartikeun oge yen nu kudu aktif teh diri urang pribadi anu kudu tiheula nuwuhkeun rasa asih ka nu sejen.

- Asih nyaeta Rukun Gawe (kerjasama)
Asih, hususna upama dikeunakeun ka jelema, ngandung harti aya pihak nu mikaasih jeung nu dipikaasih. Dua pihakanana geus sakudu­na pada silih pikaasih, hartina daek digawe babarengan pikeun ngawujudkeun nu jadi tujuanana. Ulah pahiri-hiri. Ulah nogencang sosoranganan.

- Asih nyaeta Ayana Dedikasi
Dedikasi, tegesna junun tur teguh hate. Ieu ngandung harti sanajan naon bae halangan harungan nu karandapan, henteu matak jadi reuntas harepan. Upamana bae urang asih kana pagawean nu keur digarap; tinangtu kudu dibarengan ku dedikasi nu luhur, sangkan eta pagawean aya hasilna, luyu jeung nu dipikahayang.

- Asih nyaeta Bisa Badami (kompromi)
Asih teh dipilampahna ku dua pihak. Ieu ngandung harti kudu aya tarekah pikeun nyaruakeun pamanggih (persepsi). Pikeun nya­ruakeun pamanggih tea nya kudu dibarengan ku bisa badami, mato­toskeun tujuan nu rek dihontal. Jadi musawarah teh kaasup unsur pikeun ngawujudkeun rasa asih.

- Asih nyaeta Disiplin
Tegesna rasa asih teh mikabutuh ayana disiplin diri, kasatiaan jeung kamampuh ngawatesan diri.

- Asih nyaeta Ngabagikeun Tanggung Jawab
Kulantaran asih teh ngawujudna dumeh aya dua pihak tea, aya subyek aya obyek. Ku kituna pada-pada miboga hak jeung tanggung jawab. Apal kana hak jeung tanggung jawabna masing-masing, eta jadi ciri silih asih.

- Asih nyaeta Sabar
Moal henteu dina pagiling-gisikna dua pihak tea, komo jeung kudu nyaruakeun pamanggih atawa kahayang mah, bakal loba cocoba jeung halangan harunganana. Ku kituna kacida perluna aya sipat sabar jeung silih eledan.

- Asih nyaeta Ajen jeung Tujuan
Rasa asih teh kaasup hal nu teu nembrak (abstrak), jadi kaasup sistim ajen-inajen (B.I: nilai). Ajen kamanusaan di antarana nyaeta rasa asih. Rasa asih bisa dimimitian ku asih ka pribadina, dibuktikeun ku miara kasehatan lahir batin dirina. Ti dinya asih ka lingkungan jeung sasamana nu akhirna asih ka

Alloh Nu Nyip­takeun dirina. Eta sababna rasa asih teh kaasup jadi tujuan tina asih tea.

- Asih nyaeta Pangorbanan
Rasa asih kalan-kalan sok ngaheulakeun kapentingan dirina pribadi wungkul nyaeta nu sok disebut egois. Padahal ari sajatin­ing asih teh nyaeta sadia pikeun bakorban demi nu dipikaasihna. Ari pangorbananana bisa bae dina wangun materil atawa moril. Ngan nu tetela keur ngawujudkeun rasa asih teh mikabutuh ayana pangorbanan.

- Asih nyaeta Ekspresi Diri
Rasa asih nyampakna dina parasaan, hiji hal anu abstrak. Rasa asih ieu teh dina hakekatna mah mangrupa ekspresi diri sagembleng­na. Jelema nu teu bisa ngaekspresikeun rasa asihna, geus tinangtu bakal kaganggu kasaimbangan jiwana. Sabalikna jelema nu bisa ngaekspresikeun dirina ku cara mikaasih ka nu sejen, bakal ngarasa hirupna aya gunana, tumuwuh kapercayaana dirina.

- Asih nyaeta Realitas Hirup
Hirupna jelema teh mangrupa hiji kanyaataan, hiji realitas yen dirina aya. Ku kituna nembongkeun rasa asih teh, hiji cara pikeun nembongkeun kanyataan (realitas) hirup.

- Asih miharep Ayana Kajujuran
Kulantaran silih asih teh hiji pagawean anu kudu aya dua pihak, nyaeta nu mikaasih jeung nu dipikaasih (resiprokal), tangtu bae ti dua pihakanana kudu aya kajujuran. Jujur di dieu ngandung harti bruk-brak teu salingkuh. Silih percaya anu iklas tur wening.

- Asih nyaeta Rasa Sugema tina Hasil Gawe Bareng
Rasa silih asih bakal leuwih pageuh, bakal leuwih gede duriat silaturahmina, upama hasil rukun gawe babarengan, hasil silaturah­mi teh matak nimbulkeun kasugemaan keur kabeh pihak. Rasa sugema teh torojolna tina rasa silih ajenan lahir batin. Rasa hayang silih sugemakeun.

- Asih nyaeta Rasa Kaendahan
Kulataran asih teh nyampakna dina rasa, ari salasahiji unsur rasa teh nyaeta rasa "endah". Rasa endah bakal nuwuhkeun kaendahan lahir batin. Bakal karasa endah saparipolahna, bakal karasa asri tur wening usik batinna. Geter silaturahmi nu endah tur pinuh ku kasugemaan bakal karasa ku sarerea.

- Asih Sakapeung Nimbulkeun Kapeurih tapi Bisa Dirasionalkeun, Disublimasikeun
Kulantaran asih teh mangrupa gerakna batin, moal henteu dina hiji waktu bakal kajadian rasa asih karasana matak peurih. Eta rasa kapeurih teh kulantaran ayana rasa egois, rasa hayang ngaheu­lakeun atawa mentingkeun kasuagemaan pikeun dirina pribadi. Tapi upama kapeurih tea ditarima jeung dilenyepan kalawan rasional bari ayem mah, eta rasa kapeurih teh bisa dirasionalisasikeun, hartina bisa ditarima ku akal, nu balukarna bisa narima kana kaayaan nu tumiba kalawan sadrah. Malah teu mustahil rasa kapeurih bisa dikamalirkeun dina karya nyata.

- Asih teh Mikabutuh Waragad
Teu bisa henteu, sanajan henteu salilana, tapi sabagian gede enggoning ngawujudkeun rasa asih teh bakal mikabutuh ayana wara­gad. Aya biaya pikeun ngawujudkeun kasugeman kabeh pihak.

Ku kituna tetela geuning SILIH ASIH teh leuwih condong kana ajen kualitas intrinsik (nu nyampak dina batin pribadi) manusa. Pinuh ku ajen silaturahmi anu welas tur asih kacida kandelna. Ku kituna taya deui jalanna iwal ti urang mampuh ngawujudkeun unsur-unsur Silih Asih dina tingkah laku sapopoe enggoning campur gaul jeung papada manusa; jeung papada mahluk Alloh lianna. Moal henteu lila-lila mah sabudeurna lingkungan hirup urang bakal disimpay ku rasa silih asih silaturahmi anu wening tur tengtrem ayem.


2. SILIH ASAH
Tumut kana sistem wincikan SILIH ASIH nu digarap ku Dr. Sulaeman B. Adiwidjaja, sim kuring nyusun unsur-unsur SILIH ASAH make metodeu kitu oge, yen SILIH ASAH teh miboga unsur :

- Asah nyaeta boga sumanget jeung kahayang
- Asah nyaeta mampuh ngadalian diri
- Asah nyaeta alat keur ngahontal tujuan
- Asah nyaeta metode
- Asah nyaeta sabar
- Asah nyaeta bruk-brak (keterbukaan)
- Asah nyaeta ngatur
- Asah nyaeta kajujuran
- Asah nyaeta garapan nu lumangsung terus (berkelanjutan)
- Asah nyaeta ngaropea (pengelolaan)
- Asah nyaeta kreatifitas
- Asah nyaeta inovatif
- Asah nyaeta mere pangajen (menilai)
- Asah nyaeta wani diuji
- Asah nyaeta proaktif
- Asah nyaeta bajoang
- Asah nyaeta kualitas diri
- Asah nyaeta komunikasi
- Asah nyaeta sinergik

Konsep dasar silih asah nyaeta silih tambahan kanyaho, silih seukeutan elmu pangaweruh, silih tambahan pangalaman. Ningkatkeun kamaheran jeung ningkatkeun kualitas mikir pikeun ngungkulan tangtangan atawa masalah nu disanghareupan. Anapon pikeun manusa mah, masalah tangtangan teh moal aya tungtungna. Kaungkulan hiji masalah tangtu bakal datang deui masalah sejenna, da kitu pidawuh Alloh Swt dina Al Balad ayat 3,4 oge. Sabab mungguhing kualitas hirupna hiji jelema enas-enasna mah nyaeta runtuyan kamampuh dina ngungkulan panangtang jeung masalah hirup jeung kahirupan nmu karandapanana. Ku kituna mun eta manusa teh henteu mibanda kamapuh pikeun ngungkulan kasulitanana, tinang­tu bakal ngarandapan katunggaraan nu lain lumayan. 

Pikeun bisa ngungkulan panangtang jeung masalah hirup, taya deui jalanna iwal ti urangna pribadi kudu beunghar ku elmu pangaweruh, loba kabisa, rancage, binekas tur binangkit. Pancegna mah harti SILIH ASAH teh nyaeta cara atawa tarekah pikeun nambahan kanyaho jeung elmu pangaweruh boh lahir boh batin. Sarta dina prungna angger kudu aya dua pihak, nyaeta nu ngasah jeung nu diasah. Nu mapatahan jeung nu dipapatahan.

Nurutkeun unsurna SILIH ASAH bisa diwincik saperti kieu :

- Asah nyaeta Boga Sumanget jeung Kahayang
Pikeun nambahan kanyaho tangtu kudu didadasaran heula ku ayana sumanget jeung kahayang nu nyampak dina dirina. Tanpa sumanget jeung kahayang, musatahil bisa ngulik elmu pangaweruh. Tumuwuhna sumanget taya deui iwal ti bisa ngayakinkeun diri yen dirina mampuh pikeun terus ngulik elmu pangaweruh.

- Asah nyaeta Mampuh Ngadalian Diri
Pikeun ngahontal hasil nu nyugemakeun, kamampuh ngadalian diri atawa boga disiplin kacida perluna. Sabab ngulik elmu hentgeu bisa sangeunahna, sakarep-karep. jelema anu teu boga disiplin bakalna moal maksimal dina ngulik elmu pangaweruh.

- Asah nyaeta Alat keur Ngahontal Tujuan
Gunana elmu pangaweruh hasil tina Silih Asah teh nyaeta dipi­bandana elmu pikeun alat ngahontal tujuan. Sabab kapan sagala rupa oge aya elmuna aya padikana, aya carana. Ku kituna sing saha nu loba mibanda elmu pangaweruh eta teh lir jelema nu mibanda rupa-rupa pakarang; tapi mangpaat henteuna eta pakarang gumantung kumaha ngagunakeunana.-

- Asah nyaeta Metode
Ngulik elmu pangaweruh henteu bisa sagawayah, tapi kudu nyusun puguh entep seureuhna. Ieu ngandung harti aya padikana atawa aya metodena. Aya cara jeung prakprakanana.

- Asah nyaeta Sabar
Salah sahiji pasaratan pikeun urang ngulik elmu pangaweruh, nyaeta ayana kasabaran, temen wekel tur henteu gancang bosen. Sabab ari elmu pangaweruh teh tumuwuhna menta waktu, aya proses, jadi tetela kudu dibarengan ku kasabaran.

- Asah nyaeta Bruk-brak (keterbukaan)
Diajar paelmuan atawa ngajarkeun elmu pangaweruh mutlak kudu bruk-brak nembrak, hartina euweuh nu disumput salindungkeun. Teu saeutik elmu pangaweruh anu ayeuna geus leungit sabab henteu kawariskeun atawa kaajarkeun sagemblengna ka nu sejen. Ku kituna boh nu ngajar boh nu diajar kudu sarua nembrakna. Pada-pada dida­dasaran ku boga karep rek nepakeun jeung nyeuseup elmu pangaweruh.

- Asah nyaeta Ngatur
Nepakeun jeung narima elmu pangaweruh henteu bisa kitu bae, tapi aya aturanana, jadi kudu diatur boh nurutkeun tahapan luhur handapana paelmuan, boh didasarkeun kana kaayaan jeung kaperlua­nana, kana umur jeung kamampuhna. Bisa oge dina harti ngatur bahan nu rek diajarkeun, kitu deui ngatur waktuna.

- Asah nyaeta Kajujuran
"Kajujuran" bisa dihartikeun yen dina nemakeun elmu pangaweruh perlu ku kaobyektifan, sangkan hasilna bener-bener miboga kualitas elmu nu bebas tina parasaan subyektif.

- Asah nyaeta Garapan nu Lumangsung Terus (berkelanjutan)
Elmu pangaweruh teh karek kahontal ku ngaliwatan proses anu nambahan terus (kumulatif). Ku kituna dina nemakeunana oge tinang­tu menta waktu nu taya eureunna, lumangsung terus. Kapan ngulik elmu pangaweruh teh jadi kawajiban sapanjang hirup.

- Asah nyaeta Ngaropea (pengelolaan)
Nemakeun jeung ngulik sugrining elmu pangaweruh tinangtu miboga sistem, metode jeung didaktikna. Perlu diropea cara jeung prakprakanana, sangkan luyu jeung ajas ngatik-ngadidik atawa nemakeun kanyaho ka nu sejen.

- Asah nyaeta Kreatifitas
Kreativitas dihartikeun daya hirup nu rancage. Silih asah pangaweruh, silih seblok kanyaho, eta mikabutuh daya kreatif boh ti nu ngasahna boh ti nu diasahna. Ayana karancagean kacida perlu­na dipibanda ku sing sugri nu hayang ningkatkeun sumber daya pribadina.

- Asah nyaeta Inovatif
Inovatif bisa dihartikeun kakuatan nu mere daya tumuwuh nu anyar, tepi ka elmu pangaweruh teh bisa digunakeun pikeun ngungku­lan masalah-masalah anyar. Mekarna elmu pangaweruh nya eta ku ayana daya inovatif. Tumuwuhna daya inovatif jadi ciri ngagedurna daya hirup dina dirina.

- Asah nyaeta Mere Pangajen (menilai)
Pikeun mikanyahyo kualitas elmu pangaweruh, tangtu bae perlu ayana pangajen (penilaian). Silih asah oge hakekatna mah pikeun mikanyaho (nganiley) antara hiji jalma jeung jalma nu sejenna, nya ngagelarkeun proses silih asah. Jadi bisa disebutkeun yen nu ngasah nya eta nu mere pangajen, jeung nu diasahna nyaeta nu jelema nu diajenna. Ku kituna kakara bakal aya proses nu sipatna resiprokal (pabales-bales).

- Asah nyaeta Wani Diuji
Samangsa-mangsa aya proses silih asah, tegesna aya silih temakeun pangaweruh, ngandung harti oge geus sadia pikeun diuji, dites, dicoba kanyahona tea. Ieu ngandung harti bakal bras kana pangajen kualitas nu diujina.

- Asah nyaeta Proaktif
"Proaktif", meh saharti jeung rancage, rancingas, rapekan; henteu kuuleun henteu cicingeun. Mikirna salawasana postif jeung dinamis. Salawasana nyieun tarekah sangkan nu dipimaksudna bisa kahontal. Jelema anu proaktif moal pinanggih jeung "frustasi, stress" atawa peunggas harepan.

- Asah nyaeta Bajoang
Tangtu bae boh keur nu "ngasahna" boh nu keur" diasahna", poses silih asah teh ngandung perjoangan nu taya reureuhna. Ku kituna mikabutuh ayana sumanget bajoang nu ngagedur.

- Asah nyaeta Kualitas Diri
Ieu mah geus tetela pisan yen sing saha nu terus tumerus ngasah dirina, boh elmu lahir boh elmu batin, bakal nangtukeun kana ajen atawa kualitas dirina. Kapan sakitu ecesna yen jelema nu boga elmu pangaweruh mah darajatna teh leuwih luhur tibatan nu teu boga pangaweruh.

- Asah nyaeta Komunikasi

Pikeun lumangsungna proses silih asah anu optimal, tinangtu mikabutuh ayana komunikasi nu lancar ti dua pihakanana. Ieu ngan­dung harti kudu tumuwuh rasa mikabutuh jeung dipikabutuh. Ku kituna kamaheran ngayakeun komunikasi kacida diperlukeunana. Salah komunikasi (miskomunikasi) geus tinangtu bakal ngajadi panghalang kana proses silih asah.

- Asah nyaeta Sinergik
Hartina sinergik (sinergic), nyaeta kamampuh pikeun nuwuhkeun hiji hal anu anyar tina tepungna dua hal anu beda. Kapan ari silih asah teh ngandung harti aya dua pihak atawa sababaraha pihak anu silih interaksi. Unggal pihak pada miboga kanyaho jeung elmu pangaweruhna sewang-sewangan. Dina proses silih asah pisan tina rupa-rupa kanyaho teh bisa nuwuhkeun hiji kanyaho (pangaweruh, elmu) anu anyar, minangka hasil pagesrekna komunikasi ti sababara­ha pihak.

Kitu di antarana wincikan unsur-unsur SILIH ASAH teh.

Upama dititenan tetela enas-enasna tinsa SILIH ASAH teh nyaeta ukuran kualitas kognitif jeung psikomotorik unggal jelema, tegesna kamampuh, kamaheran, katerampilan dina ngungkulan masalah hirup. Mangpaatna elmu pangaweruh teh taya lian ngan pikeun ngungkulan rupaning masalah jeung tangtangan nu disangahareupan sapopoe. Ari kampuhan pikeun ngungkulan masalaha teh kapan kudu ngarandapan proses diajar, nya eta SILIH ASAH tea. Kapan nu ngabedakeun manusa jeung mahluk sejenna teh nyaeta kualitas akal jeung elmu pangaweruhna. Ku kituna nya gelar paribasa jeung babasan di Sunda :
- Manuk hiber ku jangjangna, jalma hirup ku akalna.
- Moal ngakeul mun teu ngakal, moal ngarih mun teu ngoreh.


3. SILIH ASUH

Kecap ASUH ngandung harti ngabingbing, ngatik ngadidik, nga­jeujeuhkeun, makihikeun, silih raksa, silih riksa, silih jaga dibarengan ku rasa nyaah jeung asih . Jadi SILIH ASUH bisa dihar­tikeun silih aping silih jaring, silih pikanyaah, silih pihapekeun diri, silih tanggeuy ku kadeudeuh, silih ajen inajenan, silih hormat. Nu ahirna ngawujudkeun rasa anu tengtrem ayem, pinuh ku geter silaturahmi anu wening. Anu saluhureun mikanyaah ka nu sahandapeun, anu sahandapeun ngajenan ka nu saluhureun, jeung sasama silih tulung tinulungan. Silih jeuhjeuhkeun kadeudeuh, silih pakihikeun rejeki. Sagala rupa kudu dipilampah bari jeung titih rintih, nete taraje, nincak hambalan, nyusun jeung ngentep seureuh nurutkeun tatakramana. SILIH ASUH teh bisa disinggetkeun dina kecap anu populer nyaeta kudu POSISIONAL, PROPORSIONA  jeung PROFESIONAL.

Unsur tina SILIH ASUH di antarana :
- Asuh nyaeta kasadarajatan
- Asuh nyaeta ngahargaan
- Asuh nyaeta kaiklasan
- Asuh nyaeta bakorban
- Asuh nyaeta mikawanoh diri pribadi
- Asuh nyaeta kajujuran
- Asuh nyaeta adil
- Asuh nyaeta sinatria
- Asuh nyaeta regenerasi
- Asuh nyaeta panghormatan
- Asuh nyaeta kaderisasi
- Asuh nyaeta pangakuan
- Asuh nyaeta kaweningan hate
- Asuh nyaeta tanggung jawab
- Asuh nyaeta rasa sauyunan (kebersamaan)

Upama dipedar leuwih gemet, SILIH ASUH teh ngandung harti saperti ieu di handap :

- Asuh nyaeta Kasadarajatan
Kasadarajatan bisa dihartikeun ayana rasa karumasaan yen pada-pada mahluk Alloh. Tegesna henteu kaancikan ku rasa hayang nge­lehkeun atawa hayang neken, jajauheun kana hayang ngajajah mah. Dua pihakanana pada narekahan sangkan aya kasaimbangan anu luyu jeung tatakrama sosial.

- Asuh nyaeta Ngahargaan
Silih hargaan atawa silih ajenan, tegesna pada-pada narekhan sangkan interaksi teh panceg ngajenan hak ajasi pribadina masing-masing.

- Asuh nyaeta Kaiklasan (kerelaan)

Silih asuh nyatana kasadiaan ti kabeh pihak pikeun sacara iklas tur rela nyadiakeun waktu, tanaga jeung pikiran geusan ngawujudna suasana silih asuh.

- Asuh nyaeta Berkorban
Sanggeus ayana kaiklasan tinangtu bakal sadia pikeun bakorban. Sabab ngasuh ngandung harti aya hal-hal anu sipatna pribadi kudu dikorbankeun pikeun ngawujudna suasana silih asuh.

- Asuh nyaeta Mikawanoh Diri Pribadi
Kulantaran salah sahiji ciri tina Asuh teh nyaeta proporsional, ieu ngandung harti dua pihakanana kudu wanoh kana kamampuh jeung posisi dirina, tepi ka dirina apal lebah mana posisina, naha dina posisi kudu ngasuh atawa keur jadi nu diasuhna.

- Asuh nyaeta Kajujuran
Sarat utama pikeun tumuwuhna rasa silih percaya nu ahirna ngawujud jadi rasa silih asuh, nyaeta nyampakna kajujuran ti dua pihakanana. Jujur dina harti beresih hate, bruk-brak, henteu beungeut nyanghareup ati mungkir, henteu suudon atawa goreng sangka; daek narima kanyataan saayana.

- Asuh nyaeta Adil
Kaadilan, tegesna ngajenan kana hak jeung kawajiban boh keur dirina pribadi boh keur batur. Ayana kaadialan bakal nuwuhkeun pageuhna tatali batin.

- Asuh nyaeta Sinatria
Sinatria nyaeta sipat wani ngaku kana kasalahan jeung kakurang dirina, sarta wani ngaku kana kapunjulan nu sejen. Sipat sinatria bakal nuwuhkeun rasa diajenan.

- Asuh nyaeta Regenerasi
Enas-enasna tina silih asuh nyaeta ayana tujuan pikeun ne­makeun kanyaho atawa kalungguhan ka entragan nu anyar. Jadi miban­da daya regenerasi. Hal ieu teh kacida perluna pikeun lumangsungna peradaban bangsa, pikeun kamajuan bangsa. Tanpa ayana rasa silih asuh tinangtu proses regenarasi bakal kandeg.

- Asuh nyaeta Panghormatan
Hakekatna pikeun nu ngasuh atawa keur nu diasuh, silih asuh teh bukti tina rasa panghormat ti dua pihak. Rasa hormat bakal tumuwuh upama aya geter-geter gaib nu sumirat tina kapribadianana nu ngabalukarkeun batur ngarasa yen kudu mihormat.

- Asuh nyaeta Kaderisasi
Kaderisasi, nyaeta tarekah pikeun nepakeun pancen atawa udagan ka generasi nu anyar anu ngahaja diaping dijaring, dibebener sangkan muru kana hiji tujuan anu geus ditangtukeun. Proses kader­isasi leuwih neueulkeun kana ayana proses transformasi ajen atawa pangaweruh. Lumangsung hiji organisasi bakal kacida gumantungna kana kalancaranana proses kaderisasi; sarta ieu teh bakal kawu­judkeun ku ayana SILIH ASUH.

- Asuh nyaeta Pangakuan
Proses SILIH ASUH ngandung unsur ayana pangakuan anu jujur ti dua pihakanana. Pada-pada ngarasa yen silih pikabutuh. Duanana kudu pada ngaku yen boh nu ngasuh boh nu diasuh, eta teh pagawean anu kudu dipilampah ku duapihakanana. SILIH ASUH moal bisa ngawu­jud upama anu aktipna ngan salasahiji pihak bae.

- Asuh nyaeta Kaweningan Hate
SILIH ASUH kakara bisa karasa geter silaturhamina upama dida­dasaran ku kaweningan hate, iklas tur taya pangarahan. Kaweningan hate teh lir ibarat cai nu herang ngagenyas nu mere daya hirup.

- Asuh nyaeta Tanggung Jawab
SILIH ASUH eta jadi tanda ayana rasa tanggungjawab ti dua pihakanana, boh tanggung jawab pikeun ngawujudkeun hiji udagan ti nu ngasuhna, jeung rasa tanggung jawab pikeun neruskeun ngawu­judkeun tujuan tea ku nu diasuhna. SILIH ASUH teh ngandung harti karageman pamadegan kana hiji udagan nu rek dihontal.

- Asuh nyaeta Rasa Sauyunan (kebersamaan)
SILIH ASUH dibeungkeutna ku ayana silih eledan, rukun sauyu­nan, sareundeuk-saigel, sabata sarimbagan, saketek-sapihanean.

Upama dititenan kalayan gemet, tetela SILIH ASUH teh nitik-beuratkeun pisan dina ayana kasaluyuan jeung "laras"-na hubungan silaturahmi antara manusa nurutkeun proporsi jeung profesi jadi unsur nu kacida pentingna. Kamaheran manajerial jeung ngajenan kana birokrasi kaasup aspek SILIH ASUH.

SILIH ASUH hakekatna mah taya lian ti pikeun ngawujudkeun HAK AZASI MANUSA SAGEMBLENGNA nurutkeun kodratna sewang-sewangan.

Kasimpulan
Upama ditengetan jeung dilenyepan mah, tetela geuning babasan (motto) SILIH ASIH - SILIH ASAH jeung SILIH ASUH teh estu leubeut ku ajen-inajen kamanusaan; anu upama bisa diwujudkeun dina tingkah laku sapopoe mah bakal ngagelarkeun hirup nu tengtrem ayem pinuh berekah bari kebek ku ngantengna silaturahim anu wening.Lamun seug urang Tatar Sunda mampuh ngalaksanakeun prinsip-prinsip Silih Asih - Silih Asah jeung Silih Asuh dina kahirupan sapopoe, moal henteu kualitas Sumber Daya Manusa di Jawa Barat bakal unggul nu ahirna dipiharep bisa milu ngangkat harkat darajat Bangsa Indonesia kana tahap nu unggul pinunjul.

RAWAYAN JATI URANG SUNDA

By Deden Heryana
Istilah rawayan jati semakna dengan shirath, intelek kosmos, atau konsep sangkan paraning dhumadi dari teologi sunda, yaitu kesadaran religius manusia di dunia, dari mana awal dan ke mana akhir keberadaannya. Indikator yang digunakan adalah alur teologi Islam dengan pendekatan moral, hal ini yang tercermin dalam pandangan hidup orang Sunda adalah monoteisme atau Sanghiyang Tunggal, Nu Maha Ngersakeun.

Manusia yang bermartabat untuk mencapai innalilahi wa inna ilaihi raji'un, pandangan hidup orang Sunda, yaitu mulih ka jati mulang ka asal, congo nyusup dina puhu, yang menghela gerbong-gerbong kesadaran religius setiap insan dalam meniti Rawayan Jati-nya. Adapun rantai kaitan gerbong-gerbong itu adalah akhlak muslim yang mulia. Metode bersosialisasi yang nyunda ada tiga aspek yaitu silih asih atau silaturahim yang bening, silih asah atau saling mencerdaskan akal pikiran lahir batin, dan silih asuh atau sadar posisi, proporsional dan profesional. Indikator keberhasilannya adalah manusia Sunda anu cageur, bageur, bener, pinter, wanter, teger, pangger, singer, cangker.

Hakikat (ontologi) kesundaan, Abah Surya memberikan empat tipologi.

1) Sunda subjektif. Seseorang berdasarkan pertimbangan subjektifnya merasa bahwa dirinya adalah urang Sunda, maka dia adalah urang Sunda. 

2) Sunda objektif. Seseorang dianggap orang lain sebagai urang Sunda, maka orang tersebut sepantasnya mampu mengartikulasikan anggapan orang itu bahwa dirinya orang Sunda. 

3) Sunda genetik. Seseorang yang secara keturunan memiliki silsilah urang Sunda pituin. 

4) Sunda sosio-kultural. Orang yang walaupun secara genetik bukan orang Sunda, tetapi menjadikan falsafah dan kebudayaan Sunda sebagai haluan hidupnya.

Islam Sunda dan Sunda Islam dijadikannya "satu tarikan napas" tanpa satu sama lain saling menegasikan. Dalam kerangka ilmunya (epistemologi) dipadukan tak ubahnya gula dan peueutna. Membaca "Nurhidayahan" (dan "Nadoman Nurul Hikmah") apalagi kalau diiringi kecapi suling alam bawah sadar, kita seakan dibawa tidak dalam imajinasi "Islam Arab padang pasir", tetapi justru ke lingkungan Pasundan yang rimbun dengan padang rumput dengan segala nuansa mistis-mitologisnya, dengan segala keramahannya.

Islam dan Sunda menjadi sebuah kearifan perenial tempat orang mencari kebahagiaan dan kesenangan setelah sebelumnya melakukan fase-fase tirakat :
- sirna ning cipta (hirup darma wawayangan/subhanallah).  
- sirna ning rasa (ngertakeun bumi lamba/alhamdulillahi rabbil alamin).
- sirna ning karsa (hirup dinuhun, paeh dirampes/bismillahirrahmanirrahim).
- sirna ning karya (muga bareng jeung parengna. Malati lingsir ku wanci, campaka ligar ku mangsa/insya Allah).
- sirna ning diri (henteu daya teu upaya/la haula wa la quwwata illa billahil adhim).
- sirna ning hurip (sapanjang maluruh batur kuring deui kuring deui sapanjang neangan kuring batur deui batur deui/assalamu alaikum wa rahmatullohi wa barakatuh). 
- sirna ning wujud (rengse pancen dipigawe, tutas tugas dipilampah/Q.S. 6: 162-163).
-  sirna ning dunya (mulih ka jati mulang ka asal/astagfirullahal adhim). 
- sirna ning pati (congo nyurup dina puhu, dalitna kuring jeung Kuring/ inna lillahi wa inna ilaihi rajiun).

Congo nyurup dina puhu/ mulih ka jati mulang ka asal/ sirnaning pati - Rawayan Jati
Pandangan Hidup Urang Sunda dalam menentukan visi dan misi keberadaannya di jagat raya ini. Berikut ini adalah bagan/ skema paradigmanya. Hal ini diharapkan akan memudahkan alur pikir Urang Sunda dalam menyiasati keberadaannya. Alur visi dan misi Hidup Urang Sunda ini disebut dengan istilah rawayan jati. Dalam hal ini Rawayan dapat diartikan sebagai sasak, jembatan, perjalanan, atau keturunan. Sedangkan Jati merupakan esensi sebagai suatu perjalanan atau proses kehidupan dalam meniti alur INALILLAHI WA INNA ILAIHIROJI’UUN.

Diagram ringkas RAWAYAN JATI  :

Yang menciptakan kita dan segalanya adalah Nu Ngersakeun - Sanghyang Tunggal dalam hal ini tercipta adanya kesadaran religi monoteismeu.

Tugas hidup kita di dunia adalah Ngertakeun Bumi Lamba yakni mensejahterakan alam dunia.

Dunia akan sejahtera apabila Tri Tangtu di Bumi atau Tiga Penentu Dunia berperan dengan baik, yang meliputi :
• Rama, memiliki makna keluarga yang berfungsi optimal sebagai fondasi keluarga/nucleus family yang sakinah, mawadah wa rohmah. 
• Resi, bermakna sebagai alim ulama/cerdik pandai. 
• Ratu diartikan sebagai tatanan birokrasi bagi para pemangku kehidupan sosial dan budaya bangsa.

Siapapun manusia di dunia ini dapat berfungsi sebagai Tri Tangtu di Bumi, dengan syarat harus memiliki kualifikasi sebagai berikut : 
- Luhung Elmuna, yakni memiliki ilmu yang bermanfaat bagi kehidupan. 
- Pengkuh Agamana, yakni teguh dan konsekwen dalam melaksanakan kehidupan beragama yang dianutnya. 
- Jembar Budayana, luas wawasannya untuk dimanfaatkan dalam mengatasi permasalahan hidup.

Proses berinteraksi untuk mencapai Tri Tangtu di Bumi harus melalui proses:
• Silih Asih, merupakan proses silaturahmi.
• Silih Asah, dapat diartikan sebagai proses saling mencerdaskan. 
• Silih Asuh, yakni dapat menempatkan diri (positioning), proporsional dan professional. Ketiga SA ini pada akhirnya akan mewujudkan masyarakat yang menyadari bahwa hidup adalah adanya saling ketergantungan, keterikatan, dan kebersamaan interpendency; yaitu kehidupan sosial global yang toleran, egaliter dan equaliter.

Bila proses 3 SA telah terlaksana dengan baik, karakter manusia/ individu Urang Sunda yang diharapkan terwujud adalah yang sesuai dengan strata kualitas manusia menurut kaidah/ norma Urang Sunda. Hal ini akan terwujud berupa karakter Manusa Sunda yang 4 R, yakni:
•  CAGEUR, yang dapat diartikan sebagai sehat lahir batinnya, sehat fisik dan psikisnya, sehat jasmani dan rohaninya. Dalam hal ini kita akan mendengan sapaan Urang Sunda adalah "Kumaha damang?", bukan "Kumaha wartosna atau Apa kabar". 
• BAGEUR, dalam hal ini berarti hidupnya sesuai dengan hukum Agama, hukum darigama/hukum positif dan hukum nurani. Menyalahi salah satu dari ketiga hukum tersebut, akan dikatakan jelema henteu bageur. 
• BENER dapat diartikan jelas serta benar Visi dan Misi hidupnya, yaitu manusia yang hidupnya CAGEUR dan BAGEUR. 
• PINTER, dalam hal ini berarti mampu mengatasi masalah hidup serta mampu mewujudkan Visi dan Misi hidupnya.

Capaian akhir dari manusia bagi kesejahteraan Alam Dunia adalah apabila manusia Sunda telah berkarakter 4 R. Apapun fungsinya, di manapun berada dalam strata sosial apapun baik dia menjadi warga: Lokal, Regional, Nasional, Internasional akan selalu berfungsi sebagai Tri Tangtu di Bumi yang berkemampuan untuk Ngertakeun Bumi Lamba dan jadilah Ki Sunda yang Saampar Jagat yang Rakhmatan Lil Alamin.

Dengan kualitas Ki Sunda seperti di atas, Insya-Allah akan terwujudlah kehidupan masyarakat yang Madani dan Mardotillah. Alur pikir inilah yang disebut dengan Rawayan Jati yaitu kesadaran manusia akan keberadaannya secara holistik. Pengembangan dan aktualisasi dari 7 Jenjang Rawayan Jati ini sangat memungkinkan untuk diserap dalam kurikulum pendidikan formal maupun non formal serta dilaksanakan secara konsisten pada setiap pribadi serta institusi yang berada di Tatar Sunda.

Rabu, 11 Desember 2019

KITAB PATAOHIDAN BASA SUNDA

By Deden Heryana

Bissmillahirahmaanirrahiimi.
Alhamdulillahi robbil’alamiin, wassholatu wassalamu ‘ala syaidina Muhammadin wa ‘ala aliihi wa shohbihi ajma’iin.
Mimiti jisim kuring nulis ieu kitab, ngalap berkah tina jenengan Allah ta’ala, nu murah ti dunya ka umat-umatna sakabeh, jeung nu asih di Akherat ka umat-umatna anu mu’min, ari Rohmatna Allah ta’ala kasalametannana turuna ka atas panutan urang Kangjeng Nabi Muhammad Shalallohu ‘alaihi wassalam, jeung ka para sahabatna rawuh kulawargana sakabeh.

WAJIB MA’RIFAT KA ALLAH TA’ALA
Ari ma’rifat ka Allah ta’ala teh wajib di sakabeh jalma mukalaf, tegesna jalma anu geus aqil baligh, eta wajib teu meunang henteu, karana aya dawuhannana Kangjeng Nabi Muhammad shalallohu ‘alaihi wassalam kieu :

Awwalu dinni ma’rifatullahi ta’ala

Sundana : Awal –awal Agama eta kudu nyaho heula ka Allah ta’ala, sababna pang kudu nyaho heula teh, supaya manusa enggoning ngalakonan ibadahna syah ditarima amal ibadahna ku Allah ta’ala, sabab tadi oge amal teh kudu kalawan ilmu, upama teu kalawan ilmu batal, tegesna teu jadi, samangsa-mangsa teu jadi tangtu moal aya mangfa’atna pikeun di Akherat ngan ukur keur di dunya wungkul.

Tapi dina hal ilmu mangkade kaliru, ari hartina ilmu teh kanyaho, tapi lain kudu nyaho kana syara, syahna batalna ibadah bae, tapi kudu jeung nyaho (ma’rifat) ka Allah ka Rasulullah, sabab eta teh ibarat tempat atawa gudangna keur piwadaheun amal ibadah urang sarerea, ulah teu puguh sokna.

Ibarat lamun di dunya mah ibadah keur ngumpul-ngumpulkeun papaes imah, saperti meja korsi lomari jeung salianna, ari ma’rifat ka Allah ibarat urang ngabogaan imah anu pageuh anu gede, nyaeta supaya eta barang-barang nu beunang hese cape teh merenah puguh tempatna, betah ngeunah dicicingannana, karana sanajan boga barang loba sarta aralus hargana mahal, upama teu boga tempat (imahna) rek dimana diteundeunna? Naha rek sina pabalatak di buruan, di pipir-pipir, atuh cicingna oge piraku rek aya kangeunahannana, da meureun kapanasan kahujanan, keur mah teu ngeunah dicicingannana teh, barang-barangna oge tangtu babari ruksak, moal tulus jadi kani’matannana.

Komo deui upama urang boga tekad amal ibadah teh keur bawaeun engke balik ka Akherat, atuh beuki wajib ma’rifatna ka Allah ta’ala teh, sabab pikeun tempat pangbalikan tea.

Upama teu dikanyahokeun ayeuna, naha kira-kirana bisa datang engke kana tempat asal urang tadi? Kapan dina sakaratil maut mah geus moal aya tanyaeun deui, jeung geus moal boga akal deui ku ngarasakeun kanyeri oge, sabab ceuk Hadist upama urang lolong tegesna teu nyaho ka Allah ka Rasulullah ayeuna keur waktu di dunya, engkena di Akherat tetep lolong bae, samangsa-mangsa lolong tegesna poek di Akherat, atuh beubeunangan urang ti dunya anu beunang sakitu hese cape teh, rek dibawa kamana?

Ku sabab teu bisa datang ka Allah, kana asal urang tadi sarerea, palangsiang babawaan teh bakal dibawa utrak-atrok, dibawa asup ka enggon Siluman, babawaan urang dijieun kakayaan di Nagarana, urang di jieun badegana, ku sabab eta ayeuna urang meungpeung di dunya, kudu ikhtiar kudu tiung memeh hujan, tegesna kudu nganjang ka pageto, nyaeta kudu bisa paeh samemeh paeh, karana lamun teu bisa paeh heula sajero hirup, moal nyaho ka Akherat karana nyaho ka Akherat teh kudu bisa paeh heula, kapan ceuk dalilna oge :

Antal mautu qoblal mautu

Jadi gening Akherat atawa asal urang teh, kudu dikanyahokeun jeung kudu dianjangan ti ayeuna, supaya engke ulah nyasab deui, paeh pulatat-polotot, jeba-jebi, larak-lirik neangan jalan.

Jalan-jalanna Ma’rifat ka Allah Ta’ala
Ari jalan-jalanna ma’rifat ka Allah ta’ala nyaeta aya dua jalan, aya nu ti handap ka luhur, jeung aya nu ti luhur ka handap.

Ari anu ti handap ka luhur, nyaeta anu masantren heula, ngaji kitab Qur’an jeung terus ngalakonan ibadahna rukun anu lima perkara, tah anu kitu teh ibadah keur jalan ma’rifat ka Allah ta’ala, tapi hanjakal lolobana mah tara ditepikeun kana ma’rifatna, lantaran kaburu betah, kaburu ngeunah dina asma, tegesna geus ngarasa ni’mat dina Pal Nunjukna (papan merk nu nuduhkeun tempat), padahal upama diteruskeun ma’rifat kana dzatna sifatna Allah ta’ala, piraku teu undak kani’matannana, da gening karek dina asmana wungkul geus sakitu kani’matannana.

Ari jalan anu ti luhur ka handap, nyaeta anu nyumponan dalil tadi Awwalu dinni ma’rifatullahi ta’ala, jalanna lain tina masantren wungkul, tapi kudu jeung ngisat diri nyaeta kudu daek tirakat, kalawan jeung ikhtiar neangan pigurueunnana, Guru anu Mursyid, sabab moal weruh tanpa Guru, ku sabab eta mana ku urang kudu disusul? Teu aya deui lian ti tarekatna Wali nu kudu disusul, sabab eta anu bisa tepi ma’rifat kana sifatna Allah ta’ala nu kasebut Jauhar Awwal tea, nyaeta hakekatna Muhammad tea, da piraku teu aya leleberannana pikeun urang sarerea, sababna tadi oge para Wali pangna sakitu poharana tatapa teh pikeun ngabela umat-umatna Rasulullah supaya bisa baralik deui ka Allah ta’ala.
Ku sabab kitu atuh hayu urang pada teangan ku sarerea eta tarekat wali teh, sabab upama teu buru-buru kapanggih, tangtu urang moal barisa balik deui ka asal, pasti nyawa urang engke bakal marakayangan atawa nitis-nitisan, balik deui ka dunya kana barang anu keuna ku ruksak deui, moal bias nyumponan kana dalil :

"Inna lillaahi wa inna ilaihi raaji’uun"

Sundana : Asal ti Allah kudu balik deui ka Allah (mulang ka dzati, mulang ka asal)
Ku sabab kitu tangtu sarerea oge meureun pada bingung keneh, pada-pada percaya oge, lantaran urang pada teu ngarasa tadi inditna ti Allah, turunna ka alam dunya, tapi kusabab dalilna kitu, gancang bae ngaku yen urang asal ti Allah, tapi ngakuna teh sasemet biwir bae, kapaksa ngaku soteh sieun disebutkeun kufur kafir karana henteu percaya kana dalil, tapi atina mah keukeuh poek teu kaharti ku sabab teu karasa. Kusabab eta ayeuna pribados arek mere panerangan saeutik, malah mandar tiasa percaya sareng karaosna, urang tadi asal ti Allah kieu katerangannana, urang papay ti handap ka luhur supaya kaharti ku akal.

- Mimiti urang tumarima asal ti mana?  Nu kaharti jeung ku umum, urang asal kaluar teh ti Indung.
- Teruskeun deui papay ka luhurna, ari Indung asal ti mana? Tangtu Indung urang teh kaluar ti Nini.
- Ari nini asal ti mana? Teu salah deui asal kaluar ti Buyut.
- Ari Buyut asal ti mana? Tangtu kaluarna ti Bao.
- Ari Baoasal ti mana? Nya asalna kaluar ti Janggawareng.
- Ari Janggawareng asal ti mana? Tangtu kaluar ti Udeg-udeg.
- Ari Udeg-udeg asal ti mana? Tangtu asalna kaluar ti Kakait Siwur, saterusna kitu bae, ti Indungna deui, ti Indungna deui nepi ka Babu Hawa.
- Ari Babu hawa asal ti mana? Ku sakaol ceuk Hadist asalna Babu Hawa teh asal tina iga burungna Nabi Adam.
- Ari Nabi Adam asal ti mana? Diterangkeun ku Hadist, asalna Nabi Adam teh tina aci Bumi-Seuneu-Cai-Angin.
- Ari aci Bumi-Seuneu-Cai-Angin asal ti mana? Diterangkeun ku Hadist asalna tina Nur Muhammad, cahya opat perkara :

1. Cahya Hideung hakekat Bumi
2. Cahya Bodas hakekat Cai
3. Cahya Koneng hakekat Angin
4. Cahya Beureum hakekat Seuneu

Ari Nur Muhammad asal ti mana? Eta oge diterangkun ku Hadist asalna tina Nurna Maha Suci, nyaeta tina Jauhar Awwal, tah semet eta buntu. Sabab geus diterangkeun ku Hadist jeung Qur’an, eta Jauhar Awwal teh bibitna tujuh Bumi tujuh Langit, saweruh eusina kabeh.

Jadi, ana kitu ceuk dalil asal ti Allah nyaeta asal ti dinya tina Jauhar Awwal tea. Sifatna caang padang, nyaeta gulungna Dzat jeung Sifatna Maha Suci, kakara jeneng Asma Allah.

1. Cahya Beureum jadi hakekat lafad Alif
2. Cahya Koneng jadi hakekat lafad Lam awal
3. Cahya Bodas jadi hakekat lafad Lam akhir
4. Cahya Hideung jadi hakekat lafad He
5. Johar Awal jadi hakekatna Tasjid


Kitu katerangannana, jadi eta cahya nu kasebut di luhur teh nu disebut Ismudzat tea. Hartina Dzat laisa kamishlihi atawa Asmana nu Maha Suci, ceuk anu Ahli Padzikiran mah Latifah tea. Tah engke teh kudu bisa balik deui ka dinya, nu matak kacida wajib dikanyahokeunnana ti ayeuna.

Geura susul tarekatna anu bisa miceun hijabna atawa pipindingna anu jadi moekan kana eta Dzat Sifatna Allah ta’ala, sing kapanggih jeung hakekatna Tasjid Muhammad, anu aya dina wujud pribadi. Tah eta kunci Muhammad anu bakal bisa ngaburak-barik hijabna ka Allah ta’ala.

Upama kapanggih Insya Allah tangtu urang bisa nyumponan kana babasan Mulih ka Jati, Pulang ka Asal, nyaeta mulih ka jati teh, rasa jasmani anu ayeuna keur dipake balik deui kana rasa tadi keur waktu aya dina Nurullah (Jauhar Awwal). Ari pulang ka asal nyaeta jasmanina ngajadi asalna deui, nyaeta ngajadi Nur Muhammad cahya opat rupa deui, Beureum Koneng Bodas Hideung. Samangsa-mangsa balik ka asal, nya ngaranna sampurna hartina beak beresih beak rasana beak jasmanina.


Mimitina Mun Rek Neangan Pangeran
Aya dawuhanna Kangjeng Nabi Muhammad sholallohu alaihi wassalam :

Man tholaba maulana boghairi nafsihi faqad dolla dolaalan ba’ida

Sundana : Saha-saha manusa neangan Pangeran kaluar tina dirina sorangan, mangka temen-temen eta si jalma kasasar. Karana dina tekadna ngarasa jauhna jeung Allah ta’ala, padahal aya dalilna :

Wa nahnu aqrobbu ilaihi min hablil warid

Sundana : Aing geus teu aya antarana deui jeung maraneh sakabeh, sanajan diibaratkeun urat beuheung jeung beuheung maneh pribadi oge, masih keneh deukeut keneh maneh jeung Aing. Nu matak manusa leuwih dimulyakeunnana ku Allah ta’ala kapan ceuk Hadistna oge kieu :


Wa laqad karomma bani Adam
Sundana : Kami geus ngamulyakeun pisan ka anak putu Adam.

Malah aya deui dalilna :
Laqad khalaqnal insaana fii ahsani taqwiim
Sundana : Manusa teh pang alus-alusna jeung pang aheng-ahengna kajadian ti sasama makhlukna 

Allah ta’ala. Geura lamun maneh geus nyaho kaayaan dina sajero diri maneh sorangan, tangtu engke ngarasa kaahengannana nu aya di badan sorangan.

Aya deui dawuhannana Kangjeng Nabi Muhammad sholallohu alihi wassalam :

Man ‘arofa nafsahu faqad ‘arofa robbahu

Sundana : Saha-saha anu geus nyaho ka dirina sorangan geus tangtu nyaho ka Pangerannana.
Wa man ‘arofa robbahu faqad jahilan nafsahu

Sundana : Jeung saha-saha anu geus nyaho ka Pageran, tangtu ngarasa bodo dirina, karana tangtu kaharti si jasad moal bisa usik malik lamun teu di daya upayakeun ku Pangerannana.

Sidik ieu Si jasad teh jadi rokrakna, anu matak urang kudu ngaji teh ulah ngaji kitab anu keuna ku ruksak bae, tapi kudu ngaji kitab anu langgeng kapan ceuk Hadist oge kieu :

Iqra kitabaka kafa binafsika alyauma ‘alaika hasiba

Sundana : Maneh kudu ngaji kitab anu langgeng, nyaeta kudu ngaji kitab langgeng anu aya dina diri maneh sorangan, geura teangan Qudrat Iradatna Pangeran dina diri sorangan, karana leuwih nyata kakawasaannana

Pangeran teh dina diri sorangan, jeung leuwih nyata hirupna Pangeran teh dina diri sorangan, jeung leuwih nyata tingalina Pangeran teh dina diri sorangan, jeung leuwih nyata danguna Pangeran teh dina diri sorangan, sarta leuwih nyata pangandikana Pangeran teh dina diri sorangan, karana ceuk dalilna :
Wa huwa ma’akum ainama kuntum

Sundana : Allah ta’ala teh ngabarengan bae ka umat-umat sakabeh, dimana bae maneh aya, di dinya Aing aya, tapi sategesna ngaran dibarengan ku Allah ta’ala teh nyaeta, ku Qudrat Iradatna jeung ku Ilmuna, kapan sidik dina sifat dua puluh oge geus ngarangkep-rangkep saperti :

- Hayat jeung Hayan
- Hayat hartina Hirup
- Hayan hartina Nu hirup
- Sama jeung Sami’an
- Sama hartina Dangu
- Sami’an hartina Nu ngadangu
- Bashar jeung Bashiran
- Bashar hartina Ningali
- Bashiran hartina Nu ningali
- Kalam jeung Mutakalliman
- Kalam hartina Ngucap
- Mutakalliman hartina Nu ngucap
- Qudrat jeung Iradat
- Qudrat hartina Kawasa
- Iradat hartina Keresa

Naon nu kawasa di diri urang teh? Teu aya deui lian ti Hirup, buktina gening bisa usik.
Iradat hartina Keresa, nyaeta buktina :

- Panon bisa ningali
- Cepil bisa ngadangu
- Baham bisa nyarita
- Pangambung bisa ngangseu

Tuh gening bukti, sidik teu pisahna teh, ayeuna mah atuh ngan kari neangan barangna bae, siga naon sifatna Qudrat atawa sifat Hirup teh? Wajib pisan kapanggihna supaya bisa kaharti jeung karasana, ulah percaya ceuk beja kudu nyaho ceuk sorangan.

Nerangkeun Hartina Iman jeung Ma’rifatna (Iman hartina Percaya – Ma’rifat hartina Nyaho)

Geuning beda Iman jeung Ma’rifat teh, ana kitu atuh urang percaya ayana Allah ta’ala teh kudu jeung nyahona (ma’rifat) upama mun teu jeung sidikna mah tangtu Imanna Iman Taqlid, jadi ngakuna percaya ayana Allah ta’ala teh ceuk beja ti batur, atawa meunang beja ti kitab bae.

Jadi anu kitu faham teh meh sarerea. Iman ka Allah teh semet percaya kana ayana bae, pedah aya dadamelanna Bumi jeung Langit. Atuh ana kitu mah sumawonna nu nyekelan Agama Islam, kapan anu nyekelan Agama sejen-sejen oge pada percaya kana ayana Allah ta’ala mah, atuh naon bedana Agama Islam jeung Agama-agama sejen? Pedah eta kitu Agama Islam mah aya rukuna, Syahadat, Shalat, Zakat, Puasa, Munggah Haji? Kapan dina Agama sejen oge aya Syahadatna , pada aya Sholatna, ngan beda pertingkahna jeung basana wungkul, maksudna tangtu sarua.

Kapan tadi Agama Islam teh pang luhung-luhungna ti Agama-agama nu sejen da kapan kieu dalilna oge :


Al insaanu sirri wa anna sirruhu
Sundana : Rasa Muhammad teh nya rasa Allah, Allah Haqna Muhammad.

Tah kitu, anu matak Agama Islam disebut pang luhur-luhurna teh, lantaran pang parek-parekna ka Allah ta’ala, moal aya allah lamun teu aya Muhammad, moal aya Muhammad lamun teu aya Allah.

Sategesna moal aya Sifat lamun teu aya Dzat, moal aya Dzat lamun teu aya sifat. Anu matak Kangjeng Rasulullah disebat Panguluna Rasul, jeung disebut Babuning Roh sakabeh, jadi Agama Islam pang disebat luhurna teh, nyaeta ku sabab aya haq ma’rifat ka Allah ta’ala. Kapan bukti Mi’raj, barang beh dieuna mah Kangjeng Gusti Syarif Hidayatullha Wali Kutub Cirebon, Mi’rajna teh tiasa tepang sareng hakekatna Kangjeng Nabi Muhammad sholallohu alaihi wassalam, nyaeta anu kasebut Jauhar Awwal tea, tegesna sifat nu Maha Suci. Saur para Wali mah Sajatining Hirup atawa Sajatining Syahadat, nyaeta gulungna Dzat jeung Sifatna Maha Suci.

Jadi, sanajan urang oge upama bisa kapanggih mah jeung Tarekat Wali, Insya Allah bisa tepang sareng Hakekatna Rasulullah. Samangsa-mangsa geus bisa tepung jeung Hakekatna Rasulullah, kakara urang diaku umatna. Samangsa-mangsa geus diaku umat Rasulullah, Insya Allah engke bakal dicandak kana kasalametan Anjeuna, nyaeta kana Kasucian.

Upama teu acan kana hakekatna, tetep teu acan syah urang ngaku jadi umat Rasulullah teh, karana dina rukun syahna maca Syahadat oge geus diterangkeun dina kitab :

- Kudu netepkeun heula Dzatna Allah ta’ala
- Kudu netepkeun heula Sifatna Allah ta’ala
- Kudu netepkeun heula Asmana Allah ta’ala
- Kudu Sidik heula ka Rasulullah

Tah gening kitu maca Syahadat teh, gening kudu sidik heula ka Rasulullah, sabab kumaha bisa netepkeun ayana Allah jeung Rasulullah, upama teu acan nyaho (ma’rifat) kana sifat-sifatna. Sabab, bisa netepkeun teh, kudu puguh heula barang-barangna anu ditetepkeunnana.

Gening kitu satemen-temenna maca Kalimah Syahadat teh, lain darapon nyebat bae, karana ari darapon nyebut bae mah, budak lembut oge pada bisa.

Nu matak wajib jeung nyahona, sabab upama teu jeung nyahona mah, ibarat maca programma bioscoop anu rame, tapi teu jeung lalajona, naha jadi kani’matan ka urang? Kitu deui sanajan teu maca programmana, tapi lalajo datang kana tempatna eta bioscoop, naha utama mana? Utama anu maca programmana tawa utama nu lalajona?

Kitu deui dina bab Agama (Ilmu), nu ngaos atawa nu ngadangukeun kana ieu kitab, ulah gancang percaya, ulah gancang ngalain-lain, karana ieu zaman geus alur, pikiran jalma geus naraek, geus teu pati hayangeun dibobodo.

Jalma ayeuna mah dina sagala rupa hayang karasa hayang yakin, sing inget kana babasan kolot baheula, Batu turun Keusik naek, teu halangan mungguhing kawenangan Allah, Si kolot jadi bodo, Si budak jadi pinter, jeung kudu inget mungguh Ilmuna Rasulullah teh aya opat pangkat, nyaeta:
- Ilmu Sare’at
- Ilmu Tarekat
- Ilmu Hakekat
- Ilmu Ma’rifat

Dina zaman ayeuna mah ilmu ma’rifat anu diarudag-udag teh, hayang sidik ka Allah ka Rasulullah, da bongan aya dalil :

Wa‘bud robbaka hatta ya’tiyakal yaqiin
Sundana : Nyembah ka Allah teh kudu sidik sarta yakin supaya syah Dzatna, syah Sifatna, syah Asmana, syah Af’alna.

Enggoning ngumbara di alam dunya teh, sing tepi ka ngarasana teu papisah jeung Allah jeung Rasulullah. Samangsa-mangsa geus teu ngarasa pisahna jeung Allah jeung Rasulullah beurang peuting, sugan piraku urang rek goreng tekad, goreng laku saperti sirik pidik, jail kaniaya ka sasama makhluk, karana tangtu ngarasa isinna, lantaran ngarasa di poconghok beurang kalawan peuting ku Pangeran.

Sagala hal moal disumput salindungkeun deui, jeung sagala hal kalakuan naon bae, moal make Ujub Takabur Riya, karana ngarasa geuning diri urang teh Hina Bodo Do’if. Bisa soteh jadi aya rizki pagawean bisa jadi, sihoreng kalawan pitulungna nu Maha Suci, nyaeta Qudrat Iradatna anu Kawasa.
Jadi ayeuna oge bisa ditetepkeun, samangsa-mangsa jalma make keneh kalakuan Sirik Pidik Jail Kaniaya ka sasama makhlukna Allah ta’ala, boh dinu Ma’siat, boh di Lebe, boh di Santri, boh di Kyai pisan, ciri-ciri eta jalma tacan ngarasa deukeutna jeung Rasulullah sumawonna jeung Allah ta’ala. Samangsa-mangsa teu ngarasa deukeutna jeung Pangeran, tangtu laku jeung tekadna cicing dina Ujub Riya Takabur, sok ngaku aing pinter teu deungeun, ngaku bener aing teu deungeun, ngaku bisa ngaji aing teu deungeun, ngaku Islam aing teu deungeun. Jadi jalma kitu teh ngaku boga Qudrat Iradatna sorangan bae, teu narima kana Qudrat Iradatna Pangeran. Jadi ngarebut atawa mapadani kana kakawasaannana Allah ta’ala.

Kapan teu gampang urang ngaku Islam, sumawonna taduh-tuduh ka batur, Si itu Islam Si itu Kafir. Karana Islam Kafir anging Gusti Allah anu uninga jeung nu baris netepkeunnan, kieu katerangannana : Ari tegesna Islam teh Suci, beresih tina sagala kokotor, naon anu ngajadikeun kokotor? Teu aya lian anging nafsu. Ku sabab eta saha bae jalmana di dunya nu teu boga nafsu? Sumawona di nu jalan ma’siat, sanajan dinu ahli Agama oge pada katetepan nafsu, komo deui anu make sirik pidik ujub riya takabur, sanajan nafsu hayang ka dunya oge geus kotor bae. Kieu katerangannana.


BAB ISLAM

Sategesna Islam teh teu dua teu tilu, estu ngan hiji-hijina, malah keur sahiji teh Gaib. Nyaeta sategesna sifatna Islam teh Nur, tah eta anu teu katetepan nafsu teh, sabab tadi gening urang keur aya dina Allah Nur mah teu boga nafsu hayang nanaon. Kitu deui anu Islamna oge teu dua teu tilu, da ngan sahiji-hijina, nyaeta Kangjeng Rasulullah. Tuh gening jalma mah teu kabagean pangkat Islam, jalma mah ngan ukur jadi umat, sabab kudu nyaho heula ka Rasulullah jeung ngalakonan kana parentahna. Lolobana mah ngan ngaku-ngaku wungkul, sumawonna nyaho ka Rasulullah, kana parentahna oge loba anu teu ngalakonan. Kapan dina rukun Islam oge diwajibkeun jarah ka Madinah ka Pakuburannana Rasulullah, jeung ka Baetullah, hakekatna kudu terang kana hakekatna Rasulullah jeung Karatonna Allah ta’ala nu aya di diri sorangan, kapan aya dalilna :

Kullu ummatin wa rusulili
Sundana : Dina sakabeh pada katetepan Rasulullah, hartina rasana Allah.

Ku sabab eta perlu urang panasaran, wajib nganyahokeunnana kana hakekat Rasulullah nu aya di badan sorangan. Peupeuriheun jarah ka Mekah ka Madinah teu bisa, kapan tadi ge aya dua rupa Munggah Haji teh, Haji Majaji jeung Haji Hakeki.

Haji Majaji nyaeta anu bisa jarah ja Baitullah jeung ka Madinah.

Haji Hakeki nyaeta anu geus nganyahokeun kana hakekatna Baetullah jeung Rasulullah dina diri sorangan, karana rasulullah teu pupus. Upama pupus mah alam dunya ge moal aya, kapan gening Kangjeng Gusti Syarif Hidayat oge tiasa tepang di jalan tarekat. Jadi sanajan urang oge upama hayang jadi umat Rasulullah kudu bisa nyaho kana hakekatna Rasulullah nu kasebut Johar Awal tea. Sing kapanggih jeung tarekatna leleberannana tina para Wali.

NERANGKEUN UMAT RASULULLAH
Ari umat Rasulullah teh haq-haqna mah ngan aya opat, nyaeta :
- Sahabat Abu Bakar Sidiq, Radiallohu Anhu
- Sahabat Umar Bin Khatab, Radiallohu Anhu
- Sahabat Usman Bin ‘Affan, Radiallohu Anhu
- Sahabat ‘Ali Bin Abi Thalib, Karomallohu Wajhah


Sabab eta anu opat nu sagalang sagulung beurang peuting jeung Rasulullah, sarta didamel Sahabat (utusannana Rasulullah), tapi ayeuna sarerea oge meureun terang yen eta Sahabat anu opat teh geus parupus majajina mah, tapi hakekatna mah teu pupus, aya di badan manusa, kapan Rasulullah oge hakekatna oge aya di manusa.
- Hakekat Abu Bakar nyatana Paningal
- Hakekat Umar nyatana Pangdangu
- Hakekat Usman nyatana Pangucap
- Hakekat ‘Ali nyatana Pangangseu


Eta Paningal-Pangdangu-Pangucap-Pangangseu teh gaib kabeh teu aya rupana. Teh eta hakekatna Sahabat teh, anu matak eta Sahabat anu opat teh kudu nganyahokeun kana hakekatna Kangjeng Nabi Muhammad Sholallohu ‘alaihi wassalam, jeung kudu jadi hiji sing bisa ngarasa babarengannana beurang peuting jeung Rasulullah.

Samangsa-mangsa geus teu ngarasa papisahna jeung Rasulullah, tetep jadi umatna. Tiap-tiap geus jadi umatna tangtu engke bakal disampurnakeunnana, didatangkeun ka Gusti Maha Suci (asalna), upama teu nyaho ayeuna mah ka Rasulullah sarta teu ngarasa ngahijina engkena oge pipisahan bae, nyawa urang moal salah deui tangtu balik deui ka dunya marakayangan jadi Jurig, Setan, Siluman atawa nitis-menitisna deui ka jalma atawa ka sato.

Samangsa-mangsa nyawa manusa balik deui ka dunya tetep bakal cilaka asup ka Naraka, engke dina Kiamatna ieu alam dunya, karana ayeuna nyawa-nyawa manusa anu marakayangan tegesna teu bisa balik ka Allah. Ceuk basa ayeuna mah keur di Preventief, aya di alam Barjah tunggu-tunggu Landraad, engke inget bakal aya landratan nu leuwih gede dina Walyaumil Akhiri (kiamatna ieu alam dunya).


NERANGKEUN RUKUN IMAN ANU KAGENEPNA NYAETA

Wal qodri khairihi wasirrihi minallohi ta’ala
Sundana : Untung ala untung becik papasten ti Allah ta’ala atawa hade goreng ti Allah ta’ala.

Lebah dieu urang percayana teh ulah kaliru, kudu dipikir dilenyepan karana tadi Gusti Allah teh sifat Maha Suci. Piraku anu suci make bakal nyiksa, make bakal ngaganjar engke di Akherat, jadi ana kitu mah Gusti Allah ngadamelna manusa teh ngalap faedah, kersana rek ngaganjar jeung rek nyiksa.

Lamun kitu mah moal tulus sucina Allah ta’ala teh, tapi urang kudu percaya kana dalil, urang kudu percaya kana ayana Sawarga Naraka atawa ngeunah teu ngeunah engke di Akherat, karana ayeuna ge di dunya kembangna geus karasa. Aya ngeunah jeung teu ngeunah, tapi Sawarga Naraka teh lain ti Allah tapi sategesna tina tekad ucap jeung pamolah urang keur waktu di dunya, sabab tadi Gusti Allah ngadamelna manusa teh sakali jadi, henteu nungtutan deui, geus Kun fayaakun breg sama sakali cukup teu aya kakurangannana.

Tapi maparin cukup teh nyaeta maparin parabotna wungkul, naon parabot ti Allah ta’ala teh? Nyaeta anggahota saperti leungeun dua, suku dua, panon dua, ceuli dua, irung, baham jeung nafsu anu opat perkara (Amarah, Loamah, Sawiyah, Mutmainna). Kieu dawuhannana Allah ta’ala lamun maneh hayang ka Naraka tegesna hayang kana teu ngeunah, prak bae migawe ‘ala, nyaeta migawe kalakuan anu goreng, da kapan geus sadia parabotna ti Aing, aya Amarah Lowamah Sawiyah.

Kitu deui lamun maneh hayang ka Sawarga tegesna kana kangeunahan, pek bae geura migawe becik, hartina migawe kalakuan anu hade, da kapan geus sadia parabotna ti Aing nyaeta nafsu Mutmainnah. Tah kitu sategesna mah pang aya Sawarga Naraka di dunya sumawona di Akherat oge, beunang nyieun tina tekad jeung pamolah urang waktu keur di dunya, kitu deui beubeunangannana oge moal keur batur, tetep keur milik sorangan, ti dunya nepi ka Akherat.

Jadi ku sabab eta ayeuna urang sarerea mangka ati-ati enggoning ngajalankeun parabot ti Gusti Allah teh. Kudu make budi jeung pamilih anu cukup, ulah rek ngagunakeun teuing parabot Amarah Lowamah Sawiah, kilangbara ari teu dipake pisan mah, atuh ulah loba-loba teuing, sakurang-sakurangna sing sama timbang jeung ngagunakeun parabot Mutmainnah.

Karana sing awas, eta beubeunangan tina pagawean urang teh engke di Akherat ku Gusti Allah bakal ditetepkeun, sabeunang-beunangna tina pagawean urang ti pangumbaraan nyaeta di alam dunya, saboga-bogana moal pahili deui.

Kumaha atuh akalna supaya urang bisa ngalobakeun parabot Mutmainnah? Teu aya deui akalna lian ti urang kudu bisa nyalindung ka Allah ka Rasulullah, tegesna ku ma’rifat, tiap-tiap geus ma’rifat tangtu bisa ngarasa babarenganna beurang jeung peuting jeung Allah jeung Rasulullah.
Tiap-tiap geus ngarasa teu pisah, Insya Allah bisa hade, ibadahna kalawan syah Nagara ge tangtu aman.


NERANGKEUN PASAL QUR’AN

Ari Qur’an teh aya opat perkara :
- Qur’anul Majid
- Qur’anul Karim
- Qur’anul Hakim
- Qur’anul ‘Adzim


Ieu Qur’an anu opat perkara disurahannana ku sahiji Ajengan kieu :
- Qur’anul Majid, nyaeta Qur’an anu aya hurufna nu umum sok diaraji ku kaom Islam sadunya.
- Qur’anul Karim, hartina Qur’an anu mulya, buktina nyaeta keneh bae Qur’an anu aya tulisannana, karana eta anu dimulyakeun ku kaom Islam saalam dunya.
- Qur’anul Hakim, hartina Qur’an anu agung disebatkeun barangna eta keneh bae, Qur’an anu sok dibaraca, sabab eta anu diaragungkeun ku kaom Islam saalam dunya.
- Qur’anul ‘Adzim, hartina Qur’an anu suci jeung langgeng, dituduh eta keneh bae buktina mah Qur’an anu aya tulisannana, karana eta anu suci jeung langgeng hukumannana ti dunya nepi ka Akherat.


Tah kitu eta Qur’an anu opat perkara teh, disurahannana kunu Ahli Syara, jadi borong bae kajeun aya opat ngaranna, barangna mah eta-eta keneh bae.

Jadi ana kitu eta Qur’an tulisan teh dianggap Tapekong, karana kapan sidik Qur’an eta mah beunang nulis manusa, naha disebutkeun Qur’an anu mulya, anu agung, anu suci anu langgeng, kapan sidik Qur’an tutulisan mah keuna ku ruksak, jadi lamun kaom Islam keukeuh boga patekadan kitu, atuh teu beda jeung Agama Cina, sesembahannana Migustina kana barang anyar, turug-turug nu nyieunna oge nu anyar.

Ku sabab kitu muga dulur-dulur kaom Islam ulah kaliru, kieu ayeuna dihandap ku jisim kuring rek diterangkeun pasal eta Qur’an anu opat perkara teh.
- Qur’anul Majid, eta mah cocog barangna, nyaet Qur’an majaji anu bukti aya hurufna, umum sok dibaraca ku sarerea kaom Islam.
- Qur’anul Karim, hartina Qur’an anu Mulya, sategesna anu ngaran Qur’anul Karim teh buktina Panangan katut Ramo, karana kapan sidik jolna eta aksara teh tina Tangan jeung Ramo, jadi sategesna anu mulya teh nyaeta Panangan katut Ramona anu mimiti ngadamel eta Qur’an, cik saha anu ngayakeun eta Qur’an? Piraku teu kaharti, tah eta anu Mulya teh.
- Qur’anul Hakim, hartina Qur’an anu Agung, nyaeta buktina teh Paningal, karana Panangan Ramo moal bisa nulis upama teu aya Paningal, jadi sateges-tegesna nu agung teh nyaeta Paningalna anu mimiti ngayakeun eta Qur’an.
- Qur’anul ‘Adzim, hartina Qur’an Suci jeung Langgeng, nyaeta buktina Hirup, karana Paningal Tangan jeung Ramo moal bisa ngajadikeun upama teu aya Hirup, jadi sateges-tegesna anu suci jeung nu langgeng teh Hirupna nu mimiti ngayakeun eta Qur’an.


Ku sabab kitu urang oge ayeuna ngaji teh, lamun hayang tepi kana sucina lamun hayang tepi kana sampurnana. Eta Qur’an anu opat perkara teh, kudu diaji kabeh.

Mimiti urang kudu daek maca Qur’anul Majid, nyaeta Qur’an majaji anu aya hurufna, tah eta bagian ilmu sare’at, sanggeus dibaca kudu terus diaji, nyaeta kudu dihartikeun pimaksudeunnana, sanggeus kaharti pimaksudeunnana, geura teangan jeung pigawe tarekatna sangkan karasa, sabab eta Qur’annul Majid teh tuduh jalan pikeun nganyahokeun ka Allah ka Rasulullah, jalanna teu aya deui lian ku tarekat, nyaeta Qur’annul Karim, hartina kudu ngaji pagawean tangan jeung ramo urang anu sakira bakal tepi ka Allah ka Rasulullah.

Karana Gusti Allah maparin leungeun jeung ramo ka manusa teh, lain kudu dipake ngajadikeun kana barang dunya anu keuna ku ruksak bae, tapi jeung kudu dipake ngajadikeun jalan keur nganyahokeun ka Allah ka Rasulullah, supaya tangan jeung ramo urang teh jadi Mulya, karana aya dalilna :

Asho biahum fii adzaanihim minasshowaiki , hadzarol mauti walahu muhitun bil kaafiriin
Kieu pisundaeunnana : Lamun tangan jeung ramo maneh teu dipake nyieun jalan maot, tetep tangan jeung ramo maneh martabat ramo hewan, kafir tetep bakal ka Naraka.

Tina Qur’anul Karim kudu naek deui kana Qur’anul Hakim bagian hakekat, nyaeta kudu ngaji pagawean paningal urang anu sakira bakal hakim tegesna kana barang langgeng tea, nyaeta kana hakekatna Allah jeung Muhammad, karana Gusti Allah maparin awas paningal ka manusa teh lain bae kudu dipake kana ngawaskeun barang anyar anu keuna ku ruksak bae, tapi jeung kudu dipake ngawaskeun kana hakekat Allah jeung Rasulullah, nyaeta anu kasebat Qur’anul ‘Adzim anu langgeng tea atawa sifatna hirup, bibitna tujuh bumi tujuh langit sarawuh eusina kabeh.

Tah didinya urang oge asalna jadi sategesna ngaran ma’rifat ka Allah teh nyaeta anu geus nyaho kalawan Hakim kana hakekat Allah jeung Muhammad tegesna Jauhar Awwal.

Tapi mangkade kaliru,bisi netepkeun Jauhar Awwal teh kana caangna Panonpoe anu katingal ku panon kapala, eta mah Jauhar Firid bagian Sawarga Loka (Dewa), tempatna di Gunung Himalaya.
Perkara Johar Awal sajati mah nyaeta anu kasebut Johar Latif, tegesna gaib moal bisa katingal ku panon kapala, ceuk dalilna kieu :

Ru’yatullaahi ta’ala fii dunya bi’ainil qalbi
Hartina : Ningali hakekatna Allah ta’ala di dunya ku awasna ati, tegesna ku hakekatna Rasulullah, sabab sifat jalma mah moal aya anu bisa ma’rifat ka dinya, karana jelema mah ngan ukur dipake tempat ningalina Rasulullah ka Allah ta’ala.

Samangsa-mangsa wujud geus bisa dipake tempat ningalina Rasulullah ka Allah ta’ala, tangtu ramo urang bisa nyaritakeun yen geus ngaku nyaho ka Allah ta’ala, lantaran geus dibejaan (dipasihan terang) ku Rasulullah, jadi urang mah kabawa nyaho kabawa ni’mat ku Rasulullah, ti dunya nepi ka Akherat, moal sulaya deui sabab geus tetep jadi umatna Rasulullah.

Karana ti ayeuna oge geus teu ngarasa pisahna jeung Rasulullah, lantaran wujud teh beurang jeung peuting dianggo bae tempat ku Rasulullah ningali ka Allah ta’ala. Samangsa-mangsa geus ngarasa babarengan beurang peuting jeung nu suci, Insya Allah tekad jeung laku teh lila-lila kabawa suci.
Setan-setan ge moal dareukeut, tapi kitu soteh nu ma’rifat kalawan tauhidna, ari teu jeung tauhidna mah sulaya bae, sanajan geus boga tarekatna.

Teu ngarasa sieun teu ngarasa isin, jongjon bae tekad jeung lakuna sakama-kama, jadi nu kitu teh ma’rifatna, ma’rifatna Mikung, tangtu di dunyana ge moal meunang safa’at ti Rasulullah, di dunyana moal lepot ti kasusah, kabendon ku nu Maha Suci. Ibarat lampu dikurungan ku semprong anu kotor geus tangtu kaluarna oge poek, da kudu suci pasuci-suci, suci eusina, suci cangkangna, kakara jadi, di dunyana moal lepot tina kani’matan, di Akherat pon kitu deui.

Ku sabab eta poma pisan dulur-dulur anu geus boga jalan ka-ma’rifatan , tekad jeung laku goreng teh kudu dijaga bener-bener, ulah darapon nyaho bae, tapi kudu jeung dibarengan ku lakuna jeung tekadna anu hade, sabab lamun urang ngalakonan pagawean ma’siat ngalanggar hukum Syara, tangtu urang gancang dibendonna ku Maha Suci langkung beurat, hukuman bongan nyaho, beda deui jeung nu tacan nyaho, saperti di dunya oge, upama urang Kampung maling hayam, dihukumna ngan ukur di denda atawa di bui saminggu, coba lamun Wadana maling hayam hiji, tangtu leuwih beurat hukumannana, jaba ti leupas pangkatna teh, jeung bari dihukum tikel dua tilu ti si Kampung tadi.

Hukuman bongan geus nyaho kana artikalna, komo anu geus nyaho ka Allah ta’ala mah, sing inget perjangjian Guru Mursyid (Guru nu geus inkisaf ka Pangeran) ibadah babarengan doraka pipisahan.

AYEUNA NERANGKEUN MARTABAT ALAM TUJUH

- Alam Ahadiyat huruf Al
- Alam Wahdat huruf lah
- Alam Wahidiyat huruf Mu
- Alam Arwah huruf ham
- Alam Ajsam huruf mad
- Alam Misal huruf A
- Alam Insan Kamil huruf dam

Buktina alam dunya ge eusina ngan tujuh poe, hakekatna nyaeta alam nu kasebat diluhur, tegesna alam tujuh teh lalakon Allah-Muhammad-Adam, ku sabab eta wajib dikanyahokeunnana ku sarerea. Upama urang arek nyusul kana asal. Sabab lamun teu dikanyahokeun ti ayeuna jalan-jalanna jeung barang-barangna, atuh tangtu bakal sasab, moal bisa balik deui kana asal, sabab teu kapanggih deui jeung jalanna waktu tadi turun-turunna ti Akherat ka alam dunya.

Ayeuna eta martabat alam tujuh teh, ku jisim kuring rek diterangkeun sarta make ibarat kalawan dibuktikeun ku gambar, supaya gampang dihartoskeunnana.

Gambar Martabat Alam Tujuh




Tafsirna

A. Alam Ahadiyat, martabat nu Maha Suci, dalilna Dzat Laisa Kamishlihi, hartina dzat anu teu aya upama.

Bakat kumaha atuh matak teu beunang diupamakeun? Naha bakating ku kawasana? Atawa bakating ku agungna? Atawa bakating ku hiji-hijina?

Upama bakating ku kawasa, na kapan dina zaman eta mah teu acan aya dadamelannana, karana ngaran kawasa teh kudu bukti heula nu didamelna. Kapan dina dina alam Ahadiyat mah sumawona manusa, Akherat jeung alam dunya ge tacan aya.

Upama bakating ku agungna, da tacan aya nu hina dina di alam Ahadiyat mah, karana aya basa agung teh saenggeusna aya anu hina.

Upama bakating ku hiji-hijina, da kapan teu acan aya dua zaman eta mah, sabab ari hiji teh saenggeusna aya nu loba.

Kumaha atuh pihartieunnana? Supaya eta dalil Dzat laisa kamishlihi teh jadi uni? Kieu upama mufakat mah. Nu matak alam Ahadiyat disebut dalil Dzat laisa kamishlihi, hartina dzat anu teu aya upama, sategesna nyaeta bakating ku suci, hartina beresih teu aya sifat-sifat acan sumawonna jenengannana. Naha rek diupamakeun jeung naon upama teu aya sifatna? Sabab disaksian deui ku dalil nu Maha Suci teh Bilaa Haifin, hartina teu warna teu rupa, teu beureum teu hideung, teu poek teu caang, Bilaa Makanin, hartina teu arah teu engon, teu di kulon teu di wetan, teu di kaler teu di kidul, teu di luhur teu di handap, tah kitu katerangannana, nu matak nu Maha Suci teu beunang diupama-upama, sumawonna di engon-engon, dituduh diditu didieu, lantaran kaburu lain sabab kahalangan ku bukti.

B. Alam Wahdzat martabat sifatna nu Maha Suci. Jadi dina alam Wahdzat mah nu Dzat Laisa teh jadi Dzat Sifat, rupana caang padang, nyaeta nu kasebut Jauhar Awwal. Jauhar hartina Cahya, Awwal hartina mimiti. Jadi nya eta nu pangheula-heulana aya samemeh Bumi jeung Langit, sumawonna manusa. Tah eta Johar Awal teh nu kasebut hakekat Muhammad tea, kapan ceuk Hadist oge Muhamad teh awal-awalna pisan, sabab Johar Awal teh Nur, tegesna cahyana nu Maha Suci. Malah ceuk para Wali mah Sagara Hirup atawa Sajatining Syahadat, karana gulungna Dzat jeung Sifat atawa Allah jeung Muhammad dina hakekat.

C. Alam Wahidiyat, martabat Asmana nu Maha Suci, kajadian tina Jauhar Awwal alam Wahdzat tadi bijil deui sorotna jadi cahaya opat rupa nyaeta

1. Narun cahya Beureum
2. Hawaun cahya Koneng
3. Maun cahya Bodas
4. Turobun cahya Hideung
Jadi eta cahya anu opat perkara teh, nu disebut Nur Muhammad, ari Muhammadna mah di Johar Awal, barang eta Nur Muhammad cahya opat perkara teh. Disebutna Hakekat Adam, nyaeta Asmana nu Maha Suci.
- Cahya nu beureum hakekatna lafad Alif
- Cahya nu Koneng hakekatna lafad Lam Awal
- Cahya nu Bodas hakekatna lafad Lam Akhir
- Cahya nu Hideung hakekatna lafad He
- Jauhar Awwal jadi hakekatna lafad Tasjid

Sare’atna jadi lafad Allah, jadi eta cahya nu kasebut di luhur teh, nu ngajadikeun bibit tujuh Bumi tujuh Langit sarawuh eusina kabeh, sanajan Agama oge ti dinya bae.
- Ayana Syahadat nyaeta ku ayana Johar Awal
- Ayana Sholat nyaeta ku ayana Cahya Beureum
- Ayana Zakat nyaeta ku ayana Cahya Koneng
- Ayana Puasa nyaeta ku ayana Cahya Bodas
- Ayana Munggah Haji nyaeta ku ayana Cahya Hideung

Sanajan waktu oge aya 5 waktu
- Shubuh bagian Nabi Adam
- Lohor bagian Nabi Nuh
- Asyar bagian Nabi Ibrahim
- Maghrib bagian Nabi Musa
- Isya bagian Nabi Isya

Pertingkahna Sembahiyang oge 5 perkara
- Nangtung
- Takbiratul Ikhram
- Ruku
- Sujud
- Lungguh

Sahabat oge aya 4 ka 5 Kangjeng Nabi
- Sahabat Abu Bakar Ash-Sihidiq
- Sahabat Umar bin Khatab
- Sahabat Usman bin Affan
- Sahabat Ali bin Abi Thalib
- Kangjeng Rasulullah

Di Mekah aya Imam 4 ka 5 Baitullah
- Iman Syafi’i
- Imam Hanafi
- Imam Hambali
- Imam Maliki
- Baitullah
Tah gening sidik kabeh oge tina Asmana Allah, Hakekatna nyaeta Nur Muhammad, cahya 4 perkara kalima Jauhar Awwal.

D. Alam Arwah, martabat Af’alna nu Maha Suci, nyaeta Af’alna Allah ta’ala ngajadikeun ieu alam dunya. Kieu ceuk ilmu akal mah ngadamelna teh.
Ibarat dina Bioskop mah nyaeta Istijradna bangsa Walanda, alam Wahdat nyaeta Johar Awal teh lir ibarat listrikna, ari Nur Muhammad Alam
Wahidiat ibarat kacana.

- Narun teh ibarat Kaca Beureum
- Hawaun teh ibarat Kaca Koneng
- Maun teh ibarat Kaca Bodas
- Turobun teh ibarat Kaca Hideung

Barang eta kaca anu opat rupa disorot ku Johar Awal, kajadian bijil kalangkangna.
- Tina Kaca Beureum jadi Seuneu Alam Dunya
- Tina Kaca Koneng jadi Angin Alam Dunya
- Tina Kaca Bodas jadi Cai Alam Dunya
- Tina Kaca Hideung jadi Bumi Alam Dunya

Ku kawasa-kawasa Allah ta’ala bleg bae jadi ieu alam dunya, nyaeta Jagat Kabir, jadi sategesna alam dunya teh kajadian tina Nur Muhammad.

E. Alam Ajsam, martabat manusa. Sanggeusna ngadeg ieu alam dunya, Gusti nu Maha Suci bade ngersakeun deui nyitakeun alam majaji, terus nimbalan Malaikat, miwarang turun ka alam dunya, kudu nyokot aci seuneu, aci angin, aci cai, aci bumi. Gancangna geus beunang eta aci-aci nu opat perkara teh terus didamel.
Aci Bumi kajadian kulit bulu Adam
Aci Seuneu kajadian Getih daging Adam
Aci Cai kajadian urat balung Adam
Aci Angin kajadian otot sungsum Adam

Ku kawasana Allah ta’ala, jleg bae jadi dalil Muhammad, Mim-He-Mim-Dal, nyaeta :
Cahya nu hideung jadi hakekat lafad Mim Awal
Cahya nu Bodas jadi hakekat lafad He
Cahya nu Koneng jadi hakekat lafad Mim Akhir
Cahya nu Beureum jadi hakekat lafad Dal
Johar Awal jadi hakekat lafad Tasjid

Sare’atna nya jadi lafad Muhammad atawa sabalikna tina lafad Allah.

Mim Awal lafad Muhammad sategesna Sirah
He lafad Muhammad sategesna Dada
Mim Akhir lafad Muhammad sategesna Udel
Dal lafad Muhammad sategesna Suku

Tapi teu acan bisa usik malik, ngagoler saperti Golek, gancang terus diliangan opat liang, nyaeta di Panonan, di Cepilan, di Pangambungan, di Bahaman. Terus eta liang diasupan ku sorotna Nur Muhammad, kajadian bisa usik malik eta Adam atawa Jagat Shagir teh. Jadi sidik pisan ayeuna oge hirupna manusa teh sare’atna ku ayana cahya, kitu deui maotna manusa teh ku teu ayana cahya. Samangsa-mangsa geus teu aya cahyana Si Jasad atawa Jagat Shagir, geus teu aya kakuatannana, buktina gancang buruk.
Kitu deui ieu oge Jagat Kabir, nyaeta alam dunya pang kuatna teh, ku diangliputi ku sorotna Nur Muhammad, jadi moal salah deui engke oge kiamatna ieu Jagat Kabir (alam dunya) saperti manusa (Jagat Shagir) bae, dicandak deui cahyana, nyaeta Panonpoe Bulan Bentang, tangtu bae ieu alam dunya ruksak, atuh tinggal naonna? Tina Bumi tinggal poekna, Seuneu tinggal panasna, Cai tinggal tiisna, Angin tinggal hawana.
Saha anu bakal nyicingan eta Naraka? Teu aya deui anu bakal nyicingan teh nyaeta Idajil La’natullah tea, sakanca-kancana sakur nyawa manusa anu henteu barisa balik deui ka Allah ta’ala. Sabab keur di dunyana beunang ku panggoda Setan, lantaran teu Iman ka Allah ka Rasulullah.
Karana eta Idajil teh, tadina mah Malaikat kakasihna Allah ta’ala. Pangna dibendon ku Allah ta’ala, lantaran samemeh aya Adam, dipiwarang ngeusian ieu alam dunya, tapi dijangjianna lilana di alam dunya ngan sarebu taun. Ku sabab Malaikat Idajil ngarasa betah di alam dunya, teu hayangaeun deui balik ka Sawarga nepi ka tilu rebu taun, tah didinya mimitina dibendonna ku Allah ta’ala, jadi geus teu meunang balik deui ka Sawarga, kudu tetep di alam dunya bae.
Tapi engke bakal ditetepkeun dina dasar Naraka sanggeus kiamatna ieu alam dunya, bakating ku bedegongna sang Idajil, manehna sanggup bae tapi nyuhunkeun idin rek ngagoda ka anak putu Adam, pibatureun manehna di Naraka. Gusti Allah ngidinan, hade tapi saha-saha anu teu Iman ka Aing jeung ka Rasulullah.
Ayeuna rek malikan deui pasal Adam, tadi diluhur ku jisim kuring geus dicaritakeun, anu didamel Adam majaji teh, tina acina seuneu, angin, cai, bumi, bilih bae anu ngaos sareng anu ngadangukeun ieu kitab nyangka saperti seuneu, angin, cai, bumi teh diperes saperti nyieun aci sampeu, saenyana lain kitu.
Jadi anu kasebut aci seuneu, angin, cai, bumi teh buktina nyaeta sakur anu jaradi dina teneuh, saperti tatangkalana nu gede anu leutik, karana kapan sidik bisana ngagedean tatangkalan teh ku opat perkara.
Hiji ku cicing dina taneuh, dua kudu kacaian, tilu kudu kaanginan, opat kudu kapanasan, cacakan karek ku kahieuman oge gening tara jadi buah.

Jadi ku sabab eta tatangkalan lila cicingna di bumi, lila kacaiannana, lila kaanginannana, lila kapanasannana. Jadi eta hawana asup kana tatangkalan, sanggeus gede tangkalna, nya terus bijil buahna, tah eta bubuahan teh bakating wujud Adam, sanajan urang oge asal ti dinya bae, ngan bedana Adam mah didamel ku Allah ta’ala barang kadieuna mah saenggeusna aya Adam jeung Babu Hawa, atawa Idung Bapa urang, bubuahan teh didahar heula nya kajadian aya Wadzi, Madzi, Mani, Maningkem.
Barang eta Wadi, Madi, Mani, Maningkem tepung, tegesna kontak jeung sorotna Nur Muhammad cahya nu opat perkara tea, nya kajadian kempel ngajadi Jabang Bayi di jero beuteung Indung.
Ari nu teu jadi mah nyaeta anu teu kontak, tegesna henteu tepung jeung Nur Muhammad (Roh). Sabab tadi ge Allah ta’ala teh wenang, wenang ngajadikeunnana jeung wenang teu ngajadikeunnana. Manusa mah teu aya kakawasaan ngan ukur jadi lantaran pikeun ngajadikeun piwadaheunnana Roh bae, nyaeta tina sakur anu dituang, karana Indung Bapa urang upama teu barang tuang moal kajadian aya cimanina.
Kala waktu orok dijero beuteung teu acan aya nyawana, ngan kakara aya hirup wungkul, nyaeta roh suci tea, numatak teu acan aya rasa naon-naon barang gubrag kaluar.
Roh suci kontak, hartina tepung jeung hawa ieu alam dunya. Nyaeta hawana tina bumi, seuneu, cai, angin. Nya kajadian eta orok aya nafasna atawa sifatna nyawa.

Hakekatna nyawa nyaeta rasa jasmani, dina waktu eta panon buncelik teu acan aya awasna, ceuli molongo teu acan aya dengena, irung teu acan aya angseuna, sungut teu acan bisa nyarita ngan karek aya sorana bae.
Barang geus dibere barang dahar nyaeta cisusu atawa daharan naon bae, nyaeta tina acina bumi seuneu, cai jeung angin, jadi eta aci nu opat perkara teh kajadian deui acina, nyaeta ngajadi getih opat perkara nu disebut Roh Jasmani, tuluy eta getih surup sinurup.
Getih hideung kajadian tina aci bumi sumurup kana kulit, nya ngarubakan kulitna orok. Hawana kaluar bijilna kana baham, watekna bisa ngomong.
Getih nu beureum kajadian tina aci seuneu, sumurup kana daging, nya ngagedean dagingna orok. Hawana kaluar bijilna kana ceuli, watekna bisa ngadenge.
Getih nu bodas kajadian tina aci cai, sumurup kana tulang, nya ngagedean tulang (balung) orok. Hawana kaluar bijil kana panon watekna bisa ningali aya awasna.
Getih anu koneng kajadian tina aci angin, sumurup kana sungsum nya ngalobaan sungsumna orok. Hawana kaluar bijil kana irung watekna bisa ngambeu.

Sanggeusna eta orok geus rubak kulitna gede dagingna, gede tulangna loba sungsumna, kaluar deui hawana nyaeta nafsu opat perkara, Amarah-Lowamah-Sawiyah-Mutmainnah, nyaeta buktina sagala kahayang anu hade anu goreng.
Tuh gening bukti ngagedeannana jasad teh, sanajan tanaga pikiran, akal sumawona paningal, pangrungu, pangucap, pangangseu, teu aya deui anging ku pitulungna roh Seuneu Cai Angin Bumi. Naon sababna pang nulung kitu teh? Teu aya deui pang kajadian sagala ti dinya teh, supaya eta parabot-parabot teh kudu digunakeun dipake parabot ibadah jeung kudu dipake parabot keur nyieun jalan pikeun nganyahokeun ka asalna, nyaeta ka Allah supaya manehna kabawa sampurna, tegesna kabawa balik deui ka Allah, karana anging manusa anu katetepan Agama, manusa anu katetepan Elmu, anu bakal bisa nyampurnakeun roh-roh saalam dunya kabeh oge pada arasup ka manusa.
Sumawonna rohna Bumi Seuneu Cai Angin eta mah sapopoena, sanajan roh-rohna hewan nu halal nu haram nu bersih nu najis, eta sakabeh oge pada arasup bae ka manusa.
Kieu jalan-jalanna, saperti bangsa tatangkalan (kai) bener sare’atna mah teu didahar ku manusa, tapi kapan sok dipake nyuluhan sangu atawa naon bae tangtu eta rohna asup kana sangu. Numatak jadi beda rasana waktu tadi keur beas keneh jeung geus jadi sangu. Kitu deui bangsa hewan anu haram anu najis oge milu arasup bae, puguh ari jinisna mah teu didahar, tapi upama Anjing Babi paeh di cai tangtu bangkena dihakan ku lauk cai, lauk cai asup deui ka manusa, jadi sidik manusa teh jadi cukang keur mareuntas roh-roh sa alam dunya balik deui ka Allah ta’ala.
Ku sabab eta sidik Gusti Allah mah suci tetep teu nyiksa teu ngaganjar, sateges-tegesna anu bakal nyiksa teh, nyaeta roh-roh tina sagala rupa anu geus asup ka manusa, ku lantaran teu dibawa balik deui ka Allah ta’ala. Rohna seuneu bakal jadi Naraka Panas, rohna cai engke bakal jadi Naraka Tiis, rohna bumi engke bakal jadi Naraka Poek, rohna hewan engke bakal nyeureudan atawa ngegelan kana nyawana manusa.

F. Alam Misal, martabat elmu, saha-saha manusa di dunyana geus ma’rifat kana asal wujudna, nyaeta Sagara Adam (C) tadi, eta elmuna geus tepi kana pangkatna Misal, hartina geus nyaho kana asal nyaeta sifatna cahya beureum koneng bodas hideung, engke dina maotna bakal asup ka Sawarga, tegesna dina kani’matan anu teu aya babandingannana sarta langgeng teu aya putusna.

G. Alam Insan Kamil, martabat kasampurnaan. Samangsa-mangsa manusa di dunyana geus bisa ma’rifat kana sifatna Allah ta’ala nu kasebut Johar Awal tea, atawa alam Wahdat (B) tadi, elmuna geus tepi kana pangkat Insan Kamil hartina Manusa Sampurna, engke dina maotna bakal jatoh kana pangkat Kamil Mukamil, hartina sarupaning sampurna, beak rasana, beak jasmanina, jadi Dzat Laesa Kamishlihi deui, saperti tadi samemeh urang turun ka alam dunya.

TAMAT

*) Dina ieu kitab nerangkeun Rukun Iman mung diterangkeun anu kagenepna wungkul. Upami palay uninga nu langkung terang kana hiji-hijina, Rukun Agama, Rukun Islam, Rukun Iman, kedah ngaos Layang Muslimin-Muslimat jilid I-II-III-IV. Kitab Ma’rifat.