Jumat, 21 Juni 2019

FILOSOFI HANACARAKA

By Deden Heryana

Ampun paralun neda hapunten bilih aya kalepatan atanapi teu sapagodos. Da ieu mah mung tutungkusan ti sepuh2 kapungkur.
Aksara hanacaraka buktos ayana peradaban hiji bangsa anu kalebet linuhung, kumargi eta bangsa parantos tiasa ngadugikeun pangartosna dina rupa nu disebat AKSARA. Aksara hanacaraka upami diguar-dipedar ngandung hartos anu nerangkeun tata salira, tata nagara sareng tata buana. Eta aksara nerangkeun alam semesta tinu lembut dugi kanu dumadi katut manusa di lebetna nyaeta nu disebat alam buana nyungcung, buana panca tengah, sareng buana larang. Tilu buana eta aya dilebet buana kahiyangan.

Aksara hanacaraka kapungkut mah disebat Sungging Perbangkara, Sungging = Sastra/ Seratan, Purba = Baheula, Hyangkara = Sabda/ Ucapan. Janten hartosna, ucapan kapungkur anu diserat (dina jaman Salakanagara), hartosna Ajaran anu disimpen dina Aksara hanacaraka, tos aya samemeh jaman Salakanagara.

Dina jaman Tarumanagara, digentos jenengan janten Adjisaka Purwawisesa, anu nerangken Hanacaraka keneh. Adji = Ajaran, Saka = Tunggal, Purwa = Baheula, Wisesa = Nu Ngawasa, hartosna ajaran tentang ke maha Esaan nu baheula. Dina jamana Banjarnagara, digentos deui janten Sastra Djendra Rahayu Ningrat, anu hartosna Sastra = Seratan, Djendra = Mulya, Rahayu = Salamet, Ningrat = Di Ratu , hartosna, ajaran mulya ngeunaan karahayuan anu janten tanggel waler ratu.

HA = hirup
NA = seuneu
TJA = cahaya
RA = sinar
KA = tanaga

DA = wujud
TA = gerak
SA = tunggal
WA = selaput tunggal 
LA = alam jadi

PA = alam tgl
DJA = wujud hurip
JA = hurip
NJA = seuneu hurip

MA = mahluk
GA = kawasa
BA = panyalur
NGA = nu kawasa

TATA SALIRA/ JATI DIRI

HA -------------------- ha
NA 
TJA buana nyuncung 
RA 
KA -------------------- ka

DA 
TA 
SA 
WA buana panca tengah 
LA 
PA 
DJA 
JA 
NJA ------------------- nja

MA
GA buana larang 
BA
NGA -------------------- nga

HA KA NJA NGA = Kahyangan (Alam Semesta : Tinu Lembut Dugi Kanu Dumadi)

Aksara HaNaCaRaKa atau KaGaNga dalam Sunda Buhun, mempunyai filsafat dari Tuhan YME di Tanah Jawa.

Pembukaan Huruf

1. Huruf Ha
Berarti ‘hidup’, atau huruf berarti juga ada hidup, sebab memang hidup itu ada, karena ada yang menghidupi atau yang memberi hidup, hidup itu adalah sendirian dalam arti abadi atau langgeng tidak terkena kematian dalam menghadapi segala keadaan. Hidup tersebut terdiri atas 4 unsur yaitu:
a. Api
b. Angin
c. Bumi
d. Air

2. Huruf Na
Berari ‘nur’ atau cahaya, yakni cahaya dari Tuhan YME dan terletak pada sifat manusia.

3. Huruf Ca
Berarti ‘cahaya’, artinya cahaya di sini memang sama dengan cahaya yang telah disebutkan di atas. Yakni salah satu sifat Tuhan yang ada pada manusia. Kita telah mengetahui pula akan sifat Tuhan dan sifat-sifat tersebut ada pada yang dilimpahkan Tuhan kepada manusia karena memang Tuhan pun menghendaki agar manusia itu mempunyai sifat baik.

4. Huruf Ra
Berarti ‘roh’, yaitu roh Tuhan yang ada pada diri manusia.

5. Huruf Ka
Berarti ‘berkumpul’, yakni berkumpulnya Tuhan YMEyang juga terletak pada sifat manusia.

6. Huruf Da
Berarti ‘zat’, ialah zatnya Tuhan YME yang terletak pada sifat manusia.

7. Huruf Ta
Berarti ‘tes’ atau tetes, yaitu tetes Tuhan YME yang berada pada manusia.

8. Huruf Sa
Berarti ‘satu’. Dalam hal ini huruf sa tersebut telah nyata menunjukkan bahwa Tuhan YME yaitu satu, jadi tidak ada yang dapat menyamai Tuhan.

9. Huruf Wa
Berarti ‘wujud’ atau bentuk, dalam arti ini menyatakan bahwa wujud atau bentuk Tuhan itu ada dalam manusia yang setelah bertapa kurang lebih 9 bulan dalam gua garba ibu lalu dilahirkan dalam wujud diri.

10. Huruf La
Berarti ‘langgeng’ atau ‘abadi’, la yang mengandung arti langgeng ini juga nyata menunjukkan bahwa hanya Tuhan YME sendirian yang langgeng di dunia ini, berarti abadi pula untuk selama-lamanya.

11. Huruf Pa
Berarti ‘papan’ atau ‘tempat’, yaitu papan Tuhan YME-lah yang memenuhi alam jagad raya ini, jagad gede juga jagad kecil (manusia).

12. Huruf Dha
Berarti dhawuh, yiatu perintah-perintah Tuhan YME inilah yang terletak dalam diri dan besarnya Adam, manusia yang utama.

13. Huruf Ja
Berarti ‘jasad’ atau ‘badan’. Jasad Tuhan YME itu terletak pada sifat manusia yang utama.

14. Huruf Ya
Berarti ‘dawuh’. Dawuh di sini mempunyai lain arti dengan dhawuh di atas, karena dawuh berarti selalu menyaksikan kehendak manusia baik yang berbuat jelek maupun yang bertindak baik yang selalu menggunakan kata-katanya “Ya”.

15. Huruf Nya
Berarti ‘pasrah’ atau ‘menyerahkan’. Jelasnya Tuhan YME dengan ikhlas menyerahkan semua yang telah tersedia di dunia ini.

16. Huruf Ma
Berarti ‘marga’ atau ‘jalan’. Tuhan YME telah memberikan jalan kepada manusia yang berbuat jelek dan baik.

17. Huruf Ga
Berarti ‘gaib’, gaib dari Tuhan YME inilah yang terletak pada sifat manusia.

18. Huruf Ba
Berarti ‘babar’, yaitu kabarnya manusia dari ghaibnya Tuhan YME.

19. Huruf Tha
Berarti ‘thukul’ atau ‘tumbuh’. Tumbuh atau adanya gaib adalah dari kehendak Tuhna YME. Dapat pula dikatakan gaib adalah jalan jauh tanpa batas, dekat tetapi tidak dapat disentuh, seperti halnya cahaya terang tetapi tidak dapat diraba atau pun disentuh, dan harus diakui bahwa besarnya gaib itu adalah seperti debu atau terpandang. Demikianlah gaibnya Tuhan YME itu (micro binubut).

20. Huruf Nga
Berarti ‘ngalam’, ‘yang bersinar terang’, atau terang/gaib Tuhan YME yang mengadakan sinar terang.

Demikianlah huruf hanacaraka yang 20 itu dan ternyata dapat digunakan sebagai lambang dan dapat diartikan sesuai dengan sifat Tuhan sendiri, karena memang seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa Jawa yang menggunakan huruf Jawa itupun merupakan sabda dari Tuhan YME.

Huruf atau carakan Ha Na Ca Ra Ka dan seterusnya merupakan sabda pangandikanipun dari Tuhan YME di tanah Jawa.

Penyatuan Huruf atau Aksara Jawa 20

1. Huruf Ha + Nga
Hanga berarti angan-angan.
Dimaksudkan dengan angan-angan ini ialah panca indra yaitu lima indra, seperti:
1. Angan-angan yang terletak di ubun-ubun (kepala) yang menyimpan otak untuk memikir akan keseluruhan keadaan.
2. Angan-angan mata yang digunakan untuk melihat segala keadaan.
3. Angan-angan telinga yang dipakai untuk mendengar keseluruhan keadaan.
4. Angan-angan hidung untuk mencium/membau seluruh keadaan.
5. Angan-angan mulut yang digunakan untuk merasakan dan mengunyah makanan.

2. Huruf Na + Ta
Noto, berarti ‘nutuk’.

3. Huruf Ca + Ba
Caba, berarti coblong (lobang) dan kata tersebut di atas berarti wadah atau tampat yang dimilki oleh lelaki atau wanita saat menjalin rasa menjadi satu; adanya perkataan kun berarti pernyataan yang dikeluarkan oleh pria dan wanita dalam bentuk kata ya dan ayo dan kedua kata tersebut mempunyai persamaan arti dan kehendak yaitu mau.

4. Huruf Ra + Ga
Raga, berarti ‘badan awak/diri’. Kata raga atau ragangan merupakan juga kerangka dan kehendak pria dan wanita ketika menjalin rasa menjadi satu karena bersama-sama menghendaki untuk menciptakan raga atau diri agar supaya dapat terlaksana untuk mendapatkan anak.

5. Huruf Ka + Ma
Kama, berarti ‘komo’ atau biji, bibit, benih. Setiap manusia baik laki-laki atau wanita pastilah mengandung benih untuk kelangsungan hidup; oleh karena itu di dalam kata raga seperti terurai di atas merupakan kehendak pria dan wanita untuk menjalin rasa menjadi satu. Karena itulah maka kata raga telah menunjukkan adanya kedua benih yang akan disatukan dengan melewati raga, dan dengan penyatuan kama dari kedua belah pihak itu maka kelangsungan hidup akan dapat tercapai.

6. Huruf Da + Nya
Danya atau dunya atau dunia.
Persatuan kedua benih atau kama tadi mengakibatkan kelahiran, dan kelahiran ini merupakan calon keturunan di dunia atau (alam) donya; dengan demikian dapat dipahami kalau atas kehendak Tuhan YME maka diturunkanlah ke alam dunia ini benih-benih manusia dari Kahyangan dengan melewati penyatuan rasa kedua jenis manusia.

7. Huruf Ta + Ya
Taya atau toya, yaitu ari atau banyu. Kelahiran manusia (jabang bayi) diawali dengan keluarnya air (kawah) pun pula kelahiran bayi tersebut juga dijemput dengan air (untuk membersihkan, memandikan dsb); karena itulah air tersebut berumur lebih tua dari dirinya sendiri disebut juga mutmainah atau sukma yang sedang mengembara dan mempunyai watak suci dan adil.

8. Huruf Sa + Ja
Saja atau siji atau satu. Pada umumnya kelahiran manusia (bayi) itu hanya satu, andaikata jadi kelahiran kembar maka itulah kehendak Tuhan YME. Dan kelahiran satu tersebut menunjukkan adanya kata saja atau siji atau satu.

9. Huruf Wa + Da
Wada atau wadah atau tempat. Berbicara tentang wadah atau tempat, sudah seharusnya membicarakan tentang isi pula, karena kedua hal tersebut tidak dapat dipisah-pisahkan. Dengan demikian timbul pertanyaan mengenai wadah dan isi, siapakah yang ada terlebih dahulu.

Pada umumnya dikatakan kalau wadah harus diadakan terlebih dahulu, baru kemudian isi, sebenarnya hal ini adalah kurang benar. Yang diciptakan terlebih dahulu adalah isi, dan karena isi tersebut membutuhkan tempat penyimpanan, maka diciptakan pula wadahnya. Jangan sampai menimbulkan kalimat “Wadah mencari isi” akan tetapi haruslah “Isi mencari wadah” karena memang ‘isi’ diciptakan terlebih dahulu.

Sebagai contoh dapat diambilkan di sini: rumah, sebab rumah merupakan wadah manusia, dan manusia merupakan isi dari rumah. Jadi jelaslah bahwa sebenarnya isilah yang mencari wadah.
Sebagai bukti dari uraian di atas, dapatlah dijelaskan bahwa: kematian manusia berarti (raga) ditinggalkan isi (hidup). Bagai pendapat yang mengatakan “wadah terlebih dahulu diciptakan” maka mengenai kematian itu seharusnya wadah mengatakan supaya isi jangan meniggalkan terlebih dahulu sebelum wadah mendahului meninggalkan. Hal ini jelas tidak mungkin terjadi, apalagi kalau kematian itu terjadi dalam umur muda dimana kesenangan dan kepuasan hidup tersebut belum dialaminya.

Demikianlah persoalan wadah ini dengan dunia, karena sebelum dunia ini diciptakan (sebagai wadah) maka yang telah ada adalah (isinya) Tuhan YME. Pendapat lain mengatakan kalau sebelum diadakan jalinan rasa maka keadaan masih kosong (awangawung). Tetapi setelah jalinan rasa dilaksanakan oleh pria dan wanita maka meneteslah benih dan apabila benih tadi mendapatkan wadahnya akan terjadi kelahiran. Sebaliknya kalau wadah tersebut belum ada maka kelahiran pun tidak akan terjadi, yang bearti masih suwung atau kosong. Meskipun begitu, “hidup’ itu tetap telah ada demikian pula “isi’, dan dimanakah letak isi tadi ialah pada ayah dan ibu. Maka selama ayah dan ibu masih ada maka hidup masih dapat membenihkan biji atau bibit.

10. Huruf La + Pa
Lapa atau mati atau lampus. Semua keadaan yang hidup selalu dapat bergerak, keadaan hidup tesebut kalau ditinggal oleh hidup maka disebut dengan mati. Sebenarnya pemikiran demikian itu tidak benar, akan tetapi kesalahan tadi telah dibenarkan sehingga menjadi salah kaprah. Sebab yang dikatakan mati tadi sebenarnya bukanlah kematian sebenarnya, akan tetapi hidup hanyalah meninggalkannya saja yaitu untuk mengembalikan semua ke asalnya, hidup kembali kepada yang menciptakan hidup, karena hidup berasal dari suwung sudah tentu kembali ke suwung atau kosong (awangawung) lagi. Akan tetapi sebenarnya dapatlah dikatakan bahwa suwung itu tetap ada sedangkan raga manusia yang berasal pula dari tanah akan kembali ke tanah (kuburan) pula.

Aksara jawa memang penuh makna. dulu, jaman tahun 1970-an, ada buku yang bertutur tentang aksara jawa. katanya, kalau dibaca sebaris
HA~NA~CA~RA~KA berarti ada utusan (dua)
DA~TA~SA~WA~LA konon, terjadi sengketa dan terjadi peperangan.
PA~DHA~JA~YA~NYA konon, sama-sama sakti. sama-sama ampuh.
MA~GA~BA~THA~NGA konon, sama kuatnya, keduanya tewas bersama.

Sepertinya mirip  dalam manikmaya jilid II (panambangan 1981:385) atau dalam Lajang Hanatjaraka jilid I dan II (Dharmabrata, 1048:10-11 ; 1949:65-66).

Saya sendiri memaknai, makna aksara itu, kurang lebih begini

HA~NA~CA~RA~KA berarti, ada utusan. bukankah semua makhluk di dunia ini utusan Tuhan? masing-masing diutus dengan peran sendiri-sendiri. semua memiliki tugas atau fungsi yang berbeda. banyak yang hampir mirip, tetapi tidak ada yang sama persis.

DA~TA~SA~WA~LA bermakna, apabila (semua) utusan tadi tidak membantah tugas, fungsi dan peran masing-masing. atau dg kata lain menerima dan menjalani apa yang sudah diperintahkan. Da Ta Sa Wa La bisa dimaknai DATAN (tidak) SAWALA (membantah). maka,

PA~DHA~JA~YA~NYA bermakna, semua makhluk akan berbahagia karena menemukan kemenangan hakiki. kemenangan atau keberhasilan menjalankan peran masing-masing di dunia ini. yg terjadi kemudian adalah harmoni kehidupan. ada keselarasan dan kedamaian yg dapat dinikmati. dan

MA~GA~BA~THA~NGA bermakna, silakan menebak (BATHANG). silakan mencari bagaimana aplikasi selanjutnya dari ajaran aksara jawa tadi. sebagaimana ayat suci Al Quran yang turun kepada Nabi Muhammad adalah IQRA, bacalah! maka, perulangan aksara jawa tadi haruslah dibaca (dicari) maknanya sepanjang manusia hidup. Membaca tentu tidak terbatas pada aksara atau tulisan, tetapi juga membaca tanda-tanda alam (seperti kok mendung, apakah akan ada hujan? kok saudara saya cemberut, apakah ada yang membuatnya marah, ada apa? dll. Aksara jawa kuno semuanya bersifat hidup, maka untuk mematikannya harus dipangku. Ini juga dapat dimaknai, andaikata satu huruf harus dimatikan (dikalahkan) demi sebuah arti, maka ia harus dipangku. Analoginya, kalau pendapat seseorang tidak tepat (kalah argumentasi), maka pemilik argumen tadi tidak boleh direndahkan.

Ia harus dimuliakan (DIPANGKU), maka kemudian ada istilah "MENANG TANPA NGASORAKE" (Menang Tanpa Berperang)

HA~NA~CA~RA~KA berarti ada utusan yakni utusan hidup, berupa nafas yang berkewajiban menyatukan jiwa dengan jasad manusia. Maksudnya ada yang mmprcayakan, ada yang dipercaya dan ada yang diprcaya untuk bekerja, ke 3 unsur itu adalah tuhan, manusia dan kewajiban manusia.

DA~TA~SA~WA~LA berarti manusia telah diciptakan sampai dengan saatnya (dipanggil tidak boleh mengelak manusia harus menjalankan, menerima dan melaksanakan kehendak Tuhan.

PA~DA~JA~YA~NYA berarti menyatukan zat pemberi hidup (KHALIK) dengan zat yang diberi hidup (mahkluk)..maksudnya pada sama atau sesuai, jumbuh, cocok, tunggal bathin yang tercermin dalam perbuatan berdasarkan keluhuran dan keutamaan. JAYA itu menang atau unggul sungguh-sungguh dan bukan berarti menang2an,sekedar menang atau tidak sportif. 

MA~GA~BA~THA~NGA berarti menerima sagala sesuatu yang diperintah dan dilarang oleh tuhan YME.magsudnya manusia harus pasrah, sumarah pada garis kodrat, meskipun manusia diberi hak untuk mewiradat, berusaha untuk menanggulanginya.

AJISAKA

Konon makna dari huruf jawa hanacaraka yaitu bahwa aksara Jawa ini diciptakan oleh Ajisaka untuk mengenang kedua abdinya yang setia.

Dikisahkan Ajisaka hendak pergi mengembara, dan ia berpesan pada seorang abdinya yang setia agar menjaga keris pusakanya dan mewanti-wanti: janganlah memberikan keris itu pada orang lain, kecuali dirinya sendiri: Ajisaka

Setelah sekian lama mengembara, di negeri perantauan, Ajisaka teringat akan pusaka yang ia tinggalkan di tanah kelahirannya. Maka ia pun mengutus seorang abdinya yang lain, yang juga setia, agar dia pulang dan mengambil keris pusaka itu di tanah leluhur. Kepada abdi yang setia ini dia mewanti-wanti: jangan sekali-kali kembali ke hadapannya kecuali membawa keris pusakanya.

Ironisnya, kedua abdi yang sama-sama setia dan militan itu, akhirnya harus berkelahi dan tewas bersama: hanya karena tidak ada dialog di antara mereka. Bukankah sebenarnya keduanya mengemban misi yang sama: yaitu memegang teguh amanat junjungannya?

Adapun, kisah tragis tentang dua abdi Ajisaka yang setia tersebut. Dengan tulisan sebagai berikut :

ha na ca ra ka Dikisahkan tentang dua abdi setia.

da ta sa wa la Keduanya terlibat perselisihan dan akhirnya berkelahi

pa da ja ya nya Mereka sama-sama kuat dan tangguh ( sakti ).


ma ga ba tha nga Akhirnya kedua abdi itu pun tewas bersama 

Menurut ki Sarodjo menuliskan arti makna dari huruf hanacaraka rangkaian huruf di dalam carakan jawa itu bukan hanya menambatkan sesuatu kisah, melainkan berupa suatu ungkapan filosofis yang berlaku universal, sangat dalam artinya, membawa kita tunduk dan takwa kepada Tuhan. ( Sarodjo, 1982 )

Adapun arti huruf jawa huruf jawa hanacaraka tersebut menurut ki sarodjo sebagai berikut; Hana-caraka ( Ada utusan/ Ca ra ka : cipta rasa karsa ), Data-sawala ( datan suwala : tidak menentang, tidak keberatan/ sumerah), Padha-Jayanya ( sama-sama sukses ), Magha-bathanga ( Mudhi/ meletakan pada tempat yang tinggi, wujud kesaksian ; maga = meletakan sesuatu di paga ). Hal tersebut mengingatkan kepada potensial amal yang disimpan ditempat yang tinggi, illiyin.

Sebagai manusia sudah selayaknya patuh dan serta menyerahkan problema hidup padaNya disaat segala upaya sudah dilakukan, hal itu tidak bertentangan dongan kodrat manusia itu sendiri sebagai mahluk ciptaanNya yang berkewajiban memenuhi tugas-tugasnya didunia. Disini manusialah yang membutuhkan Tuhannya bukan sebaliknya.

Aksara Jawa ha-na-ca-ra- ka mewakili spiritualitas orang Jawa yang terdalam: yaitu kerinduannya akan harmoni dan ketakutannya akan segala sesuatu yang dapat memecah-belah harmoni. 

Ha-Na-Ca-Ra-Ka berarti ada ” utusan ” yakni utusan hidup, berupa nafas yang berkewajiban menyatukan jiwa dengan jasat manusia. Maksudnya ada yang mempercayakan, ada yang dipercaya dan ada yang dipercaya untuk bekerja.

Ketiga unsur itu adalah Tuhan, manusia dan kewajiban manusia ( sebagai ciptaanNya).

• Da-Ta-Sa-Wa-La berarti manusia setelah diciptakan sampai dengan data ” saatnya ( dipanggil ) ” tidak boleh sawala ” mengelak ” manusia ( dengan segala atributnya ) harus bersedia melaksanakan, menerima dan menjalankan kehendak Tuhan.

• Pa-Dha-Ja-Ya-Nya berarti menyatunya zat pemberi hidup ( Ilahi) dengan yang diberi hidup ( makhluk ). Maksdunya padha ” sama ” atau sesuai, jumbuh, cocok ” tunggal batin yang tercermin dalam perbuatan berdasarkan keluhuran dan keutamaan. Jaya itu ” menang, unggul ” sungguh-sungguh dan bukan menang-menangan ” sekedar menang ” atau menang tidak sportif.

• Ma-Ga-Ba-Tha-Nga berarti menerima segala yang diperintahkan dan yang dilarang oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Maksudnya manusia harus pasrah, sumarah pada garis kodrat, meskipun manusia diberi hak untuk mewiradat, berusaha untuk menanggulanginya.


Arti dan Makna dari Huruf HANACARAKA


Ha Hana hurip wening suci – adanya hidup adalah kehendak dari yang Maha Suci

Na Nur candra, gaib candra, warsitaning candara – pengharapan manusia hanya selalu ke sinar Illahi

Ca Cipta wening, cipta mandulu, cipta dadi – arah dan tujuan pada Yang Maha Tunggal

Ra Rasaingsun handulusih – rasa cinta sejati muncul dari cinta kasih nurani

Ka Karsaningsun memayuhayuning bawana – hasrat diarahkan untuk kesajeteraan alam

Da Dumadining dzat kang tanpa winangenan – menerima hidup apa adanya

Ta Tatas, tutus, titis, titi lan wibawa – mendasar, totalitas, satu visi, ketelitian dalam memandang
     hidup   

Sa Sifat ingsun handulu sifatullah – membentuk kasih sayang seperti kasih Tuhan

Wa Wujud hana tan kena kinira – ilmu manusia hanya terbatas namun implikasinya bisa tanpa
       batas

La Lir handaya paseban jati – mengalirkan hidup semata pada tuntunan Illahi


Pa Papan kang tanpa kiblat – Hakekat Allah yang ada disegala arah


Dha Dhuwur wekasane endek wiwitane – Untuk bisa diatas tentu dimulai dari dasar


Ja Jumbuhing kawula lan Gusti – Selalu berusaha menyatu memahami kehendak-Nya


Ya Yakin marang samubarang tumindak kang dumadi – yakin atas titah/kodrat Illahi


Nya Nyata tanpa mata, ngerti tanpa diuruki – memahami kodrat kehidupan


Ma Madep mantep manembah mring Ilahi – yakin/mantap dalam menyembah Ilahi


Ga Guru sejati sing muruki – belajar pada guru nurani


Ba Bayu sejati kang andalani – menyelaraskan diri pada gerak alam


Tha Tukul saka niat – sesuatu harus dimulai dan tumbuh dari niatan


Nga Ngracut busananing manungso – melepaskan egoisme pribadi manusia


Demikianlah arti makna dari huruf aksara jawa hanacaraka yang sarat makna tersebut menjadi sarana dalam acuan hidup didunia sebagai manusia didunia baik manusia dengan Tuhannya atau hubungan dengan manusia-manusia lainnya sebagai mahluk sosial yang saling membutuhkan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar